Jejak Kerajaan Kalingga: Peradaban Tua di Tanah Jawa yang Kaya Akan Nilai Toleransi dan Ilmu Pengetahuan
Laporan: Wahyu Widodo
SAINS | SUARAGLOBAL.COM – Di balik hamparan sawah dan pesisir utara Pulau Jawa, terdapat sebuah kisah peradaban kuno yang membentuk fondasi awal kebudayaan Jawa: Kerajaan Kalingga. Kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini berkembang pesat pada abad ke-6 hingga ke-7 Masehi dan dikenal sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang menjunjung tinggi nilai toleransi, ilmu pengetahuan, dan keadilan.
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Kalingga berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Nama “Kalingga” diyakini berasal dari sebuah kerajaan di India Selatan bernama Kalinga, yang menjadi inspirasi awal penyebaran kebudayaan Hindu-Buddha di wilayah Asia Tenggara.
Dipimpin Ratu Bijaksana: Shima
Salah satu penguasa paling terkenal dari Kerajaan Kalingga adalah Ratu Shima, yang memerintah sekitar tahun 674 M. Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin yang adil, bijaksana, dan tegas dalam menegakkan hukum. Dalam kisah legendaris, ia bahkan menjatuhkan hukuman kepada anaknya sendiri yang melanggar hukum kerajaan, demi menjaga integritas pemerintahan dan menanamkan budaya antikorupsi sejak dini.
“Ratu Shima adalah simbol integritas pemimpin Nusantara. Di masa pemerintahannya, rakyat hidup dalam ketertiban dan keadilan hukum dijunjung tinggi,” ungkap seorang sejarawan asal Bali, Made Sabana, saat ditemui suaraglobal.com.
Bukti Sejarah dari Catatan Asing
Informasi tentang keberadaan Kerajaan Kalingga banyak ditemukan dalam catatan perjalanan para pendeta Tiongkok, terutama dari catatan I-Tsing (Yi Jing), seorang biksu yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara. I-Tsing menyebut bahwa di sebuah wilayah di pulau Jawa terdapat kerajaan yang menjunjung tinggi ajaran Buddha Mahayana dan menjadi pusat studi agama serta filsafat.
“Kerajaan ini memiliki banyak pendeta dan pelajar yang mendalami kitab-kitab suci. Bahasa Sansekerta digunakan secara luas, menunjukkan tingginya peradaban saat itu,” tulis I-Tsing dalam catatannya sekitar abad ke-7 M.
Pusat Perdagangan dan Ilmu Pengetahuan
Berkat lokasinya yang strategis di jalur perdagangan maritim antara India dan Tiongkok, Kalingga berkembang menjadi pusat perdagangan penting. Komoditas seperti emas, perak, cengkih, dan kapur barus menjadi barang dagangan utama. Kerajaan ini juga menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, termasuk Sriwijaya dan kerajaan di wilayah India.
“Kalingga bukan hanya kuat secara politik, tapi juga menjadi melting pot budaya dan ilmu pengetahuan,” jelas Made
Jejak Arkeologis yang Masih Dicari
Hingga kini, peninggalan arkeologis dari Kerajaan Kalingga masih terbatas. Namun sejumlah situs dan temuan seperti Prasasti Tukmas di lereng Gunung Merapi, serta relief dan candi di sekitar Jepara dan Gunung Muria, diyakini terkait dengan masa kejayaan kerajaan ini. Prasasti Tukmas sendiri menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta, menguatkan bukti pengaruh India Selatan.
Warisan Budaya Kalingga Masih Hidup
Meski kerajaan ini telah lama runtuh, warisan budaya Kerajaan Kalingga masih membekas dalam kehidupan masyarakat pesisir utara Jawa. Tradisi toleransi antarumat beragama, kebiasaan gotong royong, serta nilai-nilai keadilan sosial dipercaya berakar dari sistem pemerintahan Ratu Shima.
Pemerintah daerah Jepara bahkan tengah mengajukan pengembangan kawasan wisata sejarah “Jejak Kalingga” untuk mengangkat kembali warisan kerajaan tersebut sebagai bagian dari identitas budaya lokal.
Penutup
Kerajaan Kalingga bukan hanya cerita masa lampau, tapi cermin dari kearifan lokal yang patut diangkat kembali dalam konteks kekinian. Semangat toleransi, keadilan, dan keilmuan yang diwariskan Ratu Shima menjadi inspirasi dalam membangun Indonesia yang berkeadaban dan berkarakter.
Tinggalkan Balasan