Tingkatkan Kualitas Guru SD, Disdikbudpora Kabupaten Semarang Gelar Workshop K13
Ungaran, beritaglobal.net – Pemerintah Kabupaten Semarang melalui Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga, gencar menggalakkan pemerataan Kurikulum 2013 yang lebih dikenal dengan istilah K13 di satuan pendidikan dasar (SD). Dalam rangka mencapai hal tersebut, diselenggarakan workshop tentang pelaksanaan K13 yang mengambil tema Peningkatan Kompetensi Guru Pelaksana Kurikulum 13 Jenjang SD.
Workshop yang direncanakan berlangsung selama tiga hari, sejak Senin (08/07/2019) hingga Kamis (11/072019) di gedung serba guna SDN Jubelan 02 Sumowono, Kecamatan Sumowono, di ikuti oleh 92 peserta. Peserta terdiri dari guru – guru SD yang di sekolah mereka mengajar belum menerapkan kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Acara resmi di buka oleh Sekretaris Disdikbudpora Kabupaten Semarang Taufiqur Rohman, S.Pd., M.Pd. Dalam sambutannya, Taufiqur menyampaikan bahwa saat ini yang dibutuhkan di Indonesia adalah tenaga muda profesional.
“Dalam artian, ketika kita berada di bidang pendidikan maka jadilah pendidik yang profesional. Begitu juga dengan siswa, didiklah mereka agar kelak menjadi profesional muda berbakat yang bisa bergerak di bidangnya sesuai bakat dan minatnya, berani menghadapi tantangan, tidak harus PNS,” terang Taufiqur Rohman mendeskripsikan arti kata profesional.
Senada dengan sambutan Taufiqur Rohman, Ketua Korwilcam Sumowono Sarjono, S.Pd., M.Pd., juga menyampaikan bahwa tahun ajaran 2019/2020, diharapkan semua kelas dan semua sekolah melaksanakan Kurikulum 2013, dan untuk mempersiapkan hal tersebut maka diberikan pembekalan kepada guru – guru pengampu Sekolah Dasar, tidak terkecuali di Kecamatan Sumowono.
“Harapan diadakannya workshop ini, adalah agar para guru dalam melaksanakan implementasi kurikulum 2013 ini, memiliki bekal untuk menyampaikan materi pembelajaran sesuai aturan main yang ada dalam kurikulum 2013,” harap Sarjono.
Sementara kesulitan yang dirasakan oleh tim pembicara, adalah sebagian besar peserta workshop masih belum memiliki buku pegangan, “Baik buku guru maupun buku siswa yang akan digunakan sebagai pedoman pembelajaran nantinya, hal ini karena tiap sekolah masih dalam proses memesan buku dari percetakan atau buku sedang dalam proses pengiriman, sehingga peserta workshop harus mencari di internet dan hal itu dirasakan memakan waktu,” urai Sarjono lebih lanjut.
Ditegaskan Sarjono, waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk membuat perangkat pembelajaran terpaksa masih digunakan untuk mencari bahan yang akan digunakan untuk mengolah perangkat pembelajaran tadi. (Vitri)
Tinggalkan Balasan