Membuat Karya Seni Harus Dilandasi Hati Yang Suci Kata Sabar Subadri

Sabar Subadri menceritakan singkat perjalanan hidup dan visinya di dunia seni lukis di galery lukisannya, Kamis (09/08/2018)

Salatiga, beritaglobal.net – Sabar Subadri (39), bercerita singkat tentang latar belakang kehidupannya. Sabar Subadri terlahir dari pasangan Subadri dan Wiwit Rahayu, dalam kondisi difabel, tanpa dua lengan dan kaki yang pendek sebelah. Ayahnya, kala itu hanya bekerja sebagai penjaga sekolah di SMP Negeri 3 Kota Salatiga.

Kedua orang tua Sabar, menyadari akan keterbasan fisik anaknya sejak lahir, sehingga menyebabkan orang tuanya harus berfikir keras untuk dapat memberikan wahana yang tepat bagi Sabar dan penghidupannya dikemudian hari.

Sabar kecil telah dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk menggeluti dunia seni lukis yang tanpa ia sadari telah menjadi naluri hidupnya.

Memanfaatkan ceceran kapur tulis di sekitar sekolah tempat tinggalnya kala itu, Sabar mulai berlatih corat coret. Hingga saat menginjak usia remaja, akhirnya Sabar menemukan jati dirinya di dunia seni lukis.

Kehilangan masa kecil karena harus intens mengikuti les melukis, disadari Sabar adalah sebagai sebuah proses hidup untuk mencapai keberhasilan.

Beritaglobal.net, berkesempatan berdialog ekslusif dengan Sabar Subadri di Galery Lukisnya ‘Saung Kelir’ di Jalan Merak No. 56, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Kamis (09/08/2018) siang, berbagi cerita tentang visi karya – karya lukisnya.

Lukisan Batu di Tengah Kali sebagai master lukisan Sabar Subadri di Galerynya
Baca Juga:  Tradisi Nyadran: Ratusan Warga Lingkungan Karangduwet Adakan Doa Bersama Setelah Acara Bersihkan Makam

Berikut dialog ekslusif beritaglobal.net (BG) dengan perupa penuh talenta Sabar Subadri (SS):

BG: Prestasi apa yang pernah diraih di dunia seni lukis nasional dan internasional?

SS : Saya tergabung dalam asosiasi pelukis mulut dan kaki (Assosiation of Mouth and Foot Painting Artist) yang berpusat di Swiss dan gelaran award dari insan media elektronik khususnya stasiun televisi.

BG: Berapa pameran lukisan yang pernah Anda ikuti?


SS: Untuk pameran lukisan di luar negeri, tahun 2012 mengikuti pameran lukisan di Singapura, lalu tahun 2013 mengikuti pameran di Wina, Austria, tahun 2017 mengikuti pameran di Barcelona, Spanyol. Sedang di dalam negeri seperti halnya event Salatiga Expo baru – baru ini.

BG : Siapa kolektor seni yang pernah membeli hasil karya, Anda?

SS : Sewaktu saya menghadiri Liputan 6 Award tahun lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Aktifis Narkoba dan politisi Hendri Yosodiningrat dan Politisi Golkar dari Jawa Barat Dedi Mulyadi, membeli lukisannya pada acara lelang di Liputan 6 Award SCTV tahun 2015 lalu.

BG : Karya apa yang menjadi master selama menggeluti dunia seni lukis?

SS : Karya paling fenomenal Lukisan batu di tengah kali, saya datang ke Senjoyo bersama teman yang membawa kamera, kemudian memotret batu di tengah kali Senjoyo. Kesulitan membuat detail lukisan dengan riak air menjadikan saya tidak menjual karya tersebut dan saya memilih menyimpan di ruang bawah galerynya.

Baca Juga:  Khotmil Qur'an dan Manaqib Isi Acara Pelantikan Pengurus Fatayat NU Anak Cabang Pringsurat

BG : Teknik melukis seperti apa yang Anda sukai?

SS : Teknik melukis, saya lebih menyukai teknik detail dan halus jadi saya gosok, sehingga saya kejar detailnya dan banyak teman – teman pelukis yang tidak sabar untuk proses melukis realis detail.

BG : Bagaimana menurut Anda tentang lukisan abstrak?

SS : Untuk lukisan abstrak, saya tidak tega. Kesulitannya ada di batin dan rasa, saya lebih nyaman melukis realis karena untuk komunikasi lebih mudah.

BG : Berapa kisaran harga lukisan di Galery Anda?

SS : Harga lukisan di sini berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 55 juta.

BG : Adakah kelas seni di galery, Anda?

SS : Ada, seminggu dua kali setiap hari Selasa dan Jumat, mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Ada dua orang pengajar setiap sesinya.

BG : Berkenan Anda cerita tentang tahapan Anda melukis?

SS : Dalam memulai melukis, saya memulai dengan memilih dan menentukan konsep lukisan dibanding dengan melihat gambar. Seperti lukisan pulau – pulau itu, saya membaca referensi teori psikologi tentang bawah sadar kolektif, bahwa kesadaran kolektif itu bersama namun individunya yang beda – beda, akhirnya saya pilih melukis pulau dengan mencari referensi gambar dan pengetahuan tentang laut.

Baca Juga:  Ratusan Warga Mengikuti Kirab Unduh Unduh di GKJTU Bendosari, Salatiga

BG : Kesulitan apa yang Anda rasakan diawal memulai melukis?

SS : Untuk kesulitan awal melukis, pegang kuasnya yang berat karena besar, namun untuk menyelesaikan detail lukisan, kuasnya kecil jadi lebih enak dalam melukis.

BG : Menurut Anda, faktor apa yang membuat sebuah lukisan menjadi karya seni hebat?

SS : Hasil lukisan bisa mendorong pecinta seni bisa menikmati atau tidak berdasar pada susana hati pelukis. Bila hatinya dalam kondisi suci bersih, hasil lukisan dapat memberi dampak energi positif kepada penikmatnya. Namun bisa saja lukisan membuat orang jengkel, karena pada saat melukis, batin atau rasa pelukis dalam suasana yang sedang marah ataupun batin yang tidak jernih.

BG : Harapan Anda untuk para pecinta seni?

SS : Pecinta seni pertumbuhannya masih kurang dibanding pelaku seni. Bila dihitung dari jumlah sekolah seni yang menghasilkan sarjana seni, ada ribuan sarjana setiap tahunnya, belum lagi yang otodidak, tapi pertumbuhan pecinta seni tidak sebanding itu. Saya berharap pecinta seni semakin banyak, ada kesadaran estetis, bahwa menyimpan benda seni di rumah itu tidak sia – sia, karena bisa memperkaya batin atau rasa dan bisa juga sebagai investasi.

Sabar Subadri menutup pembicaraan dengan mempersilahkan beritaglobal.net, menikmati hidangan teh rosella kegemarannya. (Agus S/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!