Semangat Pantang Menyerah Supandi, Jajakan Es Cincau Keliling
![]() |
Sosok Supandi, penjual es cincau keliling yang tidak pernah menyerah pada usia |
Salatiga, beritaglobal.net – Menjadi tua karena usia tidak mengendurkan semangat bapak dua anak ini dalam menjalani kehidupan dan memenuhi nafkah keluarga.
Supandi (61), kakek asal Banjarnegara, Jawa Tengah, masih bersemangat dalam mencari nafkah untuk keluarga dan tidak mau bergantung pada kedua anaknya meski mereka telah berkecukupan.
Saat ditemui beritaglobal.net di tepi jalan Merak, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Kamis (12/4) sore, Supandi belum terlihat lelah meski telah seharian menjajakan es cincau dengan gerobak kecilnya.
Supandi mengisahkan telah berjualan es cincau selama kurang lebih 17 tahun di Jakarta dan di Salatiga baru sekira setahun terakhir.
“Saya jualan es sudah 17 tahun di Jakarta dan sekarang pindah ke sini (Salatiga) kurang lebih setahun terakhir ini, mas,” cerita Supandi sembari melayani pembeli.
Sebelum berjualan es, dia mengisahkan sempat berdagang kayu di daerahnya, Banjarnegara. Karena harga kayu semakin tidak bersahabat, dia beralih profesi sebagai pedagang es cincau.
Dengan ramah dan penuh senyum kakek Supandi melayani pembeli es cincau nya yang di beri harga Rp 3.000,-/bungkus. Selama mengadu nasib di Kota Salatiga dia mengontrak sebuah rumah bersama istrinya di wilayah RT 04 RW 07 Banjaran, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.
“Selama di Salatiga saya mengontrak sebuah rumah di wilayah RT 04 RW 07 Banjaran, hanya berdua bersama istri saya,” tutur Supandi lebih lanjut.
Sejak pukul 07.00 WIB, Supandi sudah menjajakan es cincau ke daerah seputar Banjaran, Kalicacing dan Klaseman dengan waktu pulang yang tidak menentu sesuai dengan stok dagangannya.
Supandi merasa bersyukur masih diberi berkah kesehatan oleh Allah SWT untuk memenuhi kehidupan keluarga dan tidak bergantung pada anak – anaknya.
“Ya, syukur Alhamdulillah mas, masih diberi kesehatan sama Allah SWT, jadi saya masih bisa cukupi kebutuhan keluarga dan tidak bergantung pada anak – anak, meski mereka semua sudah menikah dan hidup mapan,” tutup Supandi dan melanjutkan mendorong gerobak kecil es cincaunya menuju arah pulang ke Banjaran. (Rudi S/Red)
Tinggalkan Balasan