Gropyokan Tikus di Sragen: Petani, Babinsa, dan Senjata Seadanya Melawan Hama Sawah

Laporan: Tedy M

SRAGEN | SUARAGLOBAL.COM – Hama tikus kembali menjadi momok bagi petani di Kampung Sidodadi, RT 02/03, Kelurahan Karangtengah. Tak ingin hasil panen terancam, puluhan petani berinisiatif melakukan “gropyokan”—sebuah metode perburuan tikus tradisional tanpa alat listrik, hanya dengan gotong-royong dan peralatan sederhana. Aksi ini dipimpin oleh Babinsa Kelurahan Karangtengah, Sertu Arik Kusnanto, pada Jumat (14/02/2025).

Dengan bersenjatakan bambu, sabit, tangkai buah kelapa, sapu, dan cangkul, petani bahu-membahu memburu hama yang merusak batang padi. Sarang-sarang tikus yang tersembunyi di tanggul sawah dicangkul dan diasapi agar penghuninya keluar. Begitu tikus-tikus itu muncul dari lubang persembunyiannya, para petani langsung sigap memukulnya dengan alat yang sudah disiapkan. Berkat kekompakan mereka, puluhan ekor tikus berhasil dimusnahkan.

Baca Juga:  Polres Madiun Kota Kerahkan 174 Personel untuk Amankan Rekapitulasi Suara Pilkada 2024

Sertu Arik Kusnanto menjelaskan bahwa gropyokan dilakukan dengan dua metode utama: pengasapan dan pencarian langsung lubang tikus di area sawah. Setelah ditemukan, lubang-lubang itu segera diasapi agar tikus terpaksa keluar dan dapat segera dibasmi.

“Gropyokan ini harus dilakukan rutin dan berulang kali agar populasi hama tikus bisa berkurang secara signifikan,” kata Sertu Arik di sela-sela aksi gropyokan.

Baca Juga:  PLN Jawa Timur Terangi Ramadan: Pelayanan Sambungan Listrik Gratis UntukWargaJatim, Ini Jelasnya

Menurutnya, metode ini merupakan cara paling efektif bagi petani untuk menjaga tanaman padi mereka dari ancaman gagal panen. Dengan alat seadanya, mereka bisa mengurangi jumlah hama tanpa perlu menggunakan racun atau listrik yang berisiko bagi lingkungan.

Salah satu petani yang ikut dalam aksi ini, Samto, mengungkapkan bahwa metode gropyokan akan terus dilakukan secara berkala. “Ini cara yang paling efektif saat ini. Lumayan banyak tikus yang bisa kita bunuh hari ini,” ujarnya dengan lega.

Baca Juga:  Salatiga Bersholawat, Menjaga Ukhuwah Dalam Keberagaman

Metode gropyokan memang bukan hal baru di kalangan petani, tetapi tetap menjadi solusi paling masuk akal bagi mereka yang ingin mengatasi hama tikus tanpa biaya besar. Dengan semangat kebersamaan dan ketekunan, mereka terus berupaya melindungi lahan pertanian demi masa panen yang lebih baik. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!