Babinsa Koramil Jambu Dalam Merti Desa Brongkol, Bentuk Syukur Pada Anugerah Tuhan YME
![]() |
Arak – arakan budaya dalam Merti Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Selasa (16/10/2018). (Foto: Dok. Pendim0714) |
Ungaran, Beritaglobal.net – Merti desa, sering disebut juga bersih desa, hakikatnya adalah simbol rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan karunia yang diberikan – Nya. Karunia tersebut bisa berujud apa saja, seperti kelimpahan rezeki, keselamatan, serta ketentraman dan keselarasan hidup.
Bahkan orang Jawa percaya, ketika sedang dilanda duka dan tertimpa musibah pun, masih banyak hal yang pantas disyukuri. Masih ada hikmah dan pelajaran positif yang dapat dipetik dari terjadinya sebuah petaka. Di samping itu, rasa syukur juga bisa menjadi pelipur sekaligus sugesti yang menghadirkan ketenangan jiwa.
Masyarakat Desa Brongkol adalah salah satu contoh lingkup masyaraakt yang masih melaksanakan acara merti desa, Selasa (16/10/2018) kemarin.
Acara dalam merti Desa Brongkol antara lain adanya arak – arakan yang akan diikuti oleh masyarakat. Ini adalah acara yangt sangat di tunggu oleh masyarakat sekitar. Dimana semua lapisan masyarakat menjadi satu, berpadu dalam satu rombongan, berjalan hingga sejauh 5 km. Dari pedukuhan Brongkol ke Kecamatan Jambu, dalam rombongan arak – arakan ini terdapat macam – macam oragan atau segmen, ada penari, Punokawan serta rombongan kesenian tradisional lainnya.
“Selain menjadi perwujudan rasa syukur, upacara merti desa acapkali juga terkait dengan ritual penghormatan kepada leluhur, sehingga menghadirkan berbagai ritual simbolik terkait dengan tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaannya. Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan keselarasan hidup seluruh warga desa,Silaturahmi, guyub, rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, tepa selira dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat menggambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari berlangsungnya tradisi merti desa” seperti disampaikan disampaikan oleh Lurah Brongkol H. Heru, melalui Penerangan Kodim 0714/Salatiga Pelda W. Yudha, W., kepada beritaglobal.net, Rabu (17/10/2018).
Sebagai personel Babinsa yang turut serta dalam acara Merti Desa, Sertu Manurung menambahkan “Hendaknya sangat perlu bagi kita sebagai generasi yang sekarang sudah mulai mapan, untuk tetap melangsungkan adat dan istiadat nenek moyang kita, dengan prespektif tetap menyembah dan meminta kepada-Nya. Karena jika kita tidak mulai menahan, memperkuat kebuadayaan kita sendiri, maka lambat laun tidak ada lagi upacara adat yang bernama Merti Desa,” tegas Sertu Manurung. (Choerul Amar/Pendim0714)
Tinggalkan Balasan