Sosialisasi ODF Untuk Putus Mata Rantai Penyakit Menular di Masyarakat Pedesaan
![]() |
Sosialisasi ODF, di Dusun Gedad dan Dusun Getasan, Desa Kalikurmo, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Rabu (17/10/2018). (Foto: Dok. Pendim 0714/Salatiga) |
Salatiga, Beritaglobal.net – Sosialisasi Open Defacation Free (ODF) atau permasalahan Buang Air Besar Sembarangan (BABS), dilakukan oleh bidan Desa Kalikurmo Dina, A.Md., Keb., dihadapan Sekretaris Camat (Sekcam) Bringin, Babinsa Bringin Serda Azis, Kapolsek Bringin Aiptu Sugiri, serta warga di Dusun Gedad dan Dusun Getasan, Desa Kalikurmo, Kecamatan Bringin, Selasa (17/10/2018).
ODF adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini.
Berdasar keterangan diterima dari Pendim 0714/Salatiga Pelda W. Yudha W., kepada beritaglobal.net, Rabu (17/10/2018), agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus ada. Dusun Gedad dan Dusun Getasan, Desa Kalikurmo, Kecamatan Bringin, tercatat 11 Kepala Keluarga lebih yang belum memiliki jamban atau WC yang memadai. Untuk itulah Desa Kalikurmo termasuk dalam program desa ODF.
“Program ini dimulai pada tahun 2018, Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten Semarang menjadi sangat penting untuk menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai,” disampaikan oleh Pelda W. Yudha, W.
Selanjutnya Pelda Yudha menyampaikan isi sosialisasi oleh Bidan Desa Kalikurmo, Dina, A.Md., Keb., “BAB di tangki septic, adalah buang air besar yang sehat dan dianjurkan oleh ahli kesehatan yaitu dengan membuang tinja di tangki septic, yang digali di tanah dengan syarat – syarat tertentu. BAB dengan jamban leher angsa, adalah buang air besar menggunakan jamban model leher angsa yang aman dan tidak menimbulkan penularan penyakit akibat tinja karena dengan model leher angsa ini maka tinja akan dibuang secara tertutup dan tidak kontak dengan manusia ataupun udara,” kata Dina, A.Md., Keb., melalui Pelda W. Yudha, W.
Dina, A.Md., Keb. tentang contoh system ataupun Model Jamban, “Buang Air Besar dengan jamban plengsengan, adalah buang air besar dengan menggunakan jamban sederhana yang didesain miring sedemikian rupa sehingga kotoran dapat jatuh menuju tangki septic setelah dikeluarkan. Tetapi tangki septicnya tidak berada langsung dibawah pengguna jamban. Buang Air Besar dengan jamban model cemplung/cubluk, adalah buang air besar dengan menggunakan jamban yang tangki septiknya langsung berada dibawah jamban. Sehingga tinja yang keluar dapat langsung jatuh kedalam tangki septic,” kata Dina.
“Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak menggunakan jamban. Buang Air Besar tidak di tangki septic atau tidak dijamban ini adalah perilaku buang air besar yang tidak sehat. Karena dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Buang Air Besar tidak menggunakan jamban dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian” Imbuhnya disampaikan dihadapan peserta sosialisasi. (Choerul Amar/Pendim0714)
Tinggalkan Balasan