Wayang Kulit: Peninggalan Luhur Warisan Budaya Bernilai Tinggi
![]() |
Muslih saat membuat wayang kulit |
Kabupaten Semarang, beritaglobal.net – Wayang kulit menjadi salah satu warisan luhur para pemimpin dan ulama di tanah Jawa. Namun hal ini seakan semakin jauh dan langka kita jumpai kawula muda mempelajari atau bahkan menjadikan kesenian wayang kulit sebagai ajang menyatukan komunitas.
Berkaca dari kondisi tersebut, seorang pemuda dari Dusun Tompak, Desa Karanggondang, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Muslih (35), menjadi pengrajin lokal wayang kulit.
Dengan penuh ketelitian dan kesabaran, Muslih menyamak lembaran kulit Kerbau atau kulit Sapi menjadi hasil karya yang mengagumkan.
Saat membeberkan sedikit tentang cara membuat wayang kulit kepada beritaglobal.net, Minggu (21/01), Muslih mengatakan jika bahan kulit yang bagus untuk dijadikan bahan pembuat wayang kulit adalah dari kulit Kerbau.
“Kalau dari kulit Kerbau hasil wayang bisa bagus, Mas. Tahan terhadap kondisi lembab dan tidak melengkung, berbeda dengan kulit Sapi,” tutur Muslih.
Satu buah wayang ukuran kecil memerlukan waktu paling tidak 2 minggu, dimulai dari proses penyamakan kulit hingga penyelesaiannya.
“Sebuah wayang ukuran kecil, biasanya saya selesaiakan dalam waktu 2 minggu, dimulai dari proses menyamak kulit hingga pewarnaan dan perapihan wayang,” imbuhnya.
Muslih mengatakan jika saat ini dia juga membuat wayang dari bahan fiber glass, untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan kulit dari wilayah Solo.
Hasil karya Muslih dapat kita miliki dengan harga beragam. Wayang dengan bahan kulit sapi dan gapit dari bahan fiber atau tanduk hitam, di banderol antara Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu. Sedangkan untuk wayang ukuran besar antara Rp 350 ribu hingga Rp 750 ribu.
Bila bahan kulit dari kulit Kerbau dan gapit menggunakan bahan dari tanduk Kerbau Bule, harganya bisa dua kali lipat.
“Harga wayang hasil karya saya tidak mahal, bila bahan dari kulit Sapi berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu yang berukuran kecil, sedangkan yang berukuran besar bisa mencapai harga Rp 750 ribu per buah,” ungkap Muslih.
Lain halnya bahan wayang dari kulit, wayang dari bahan fiber lebih terjangkau lagi dan cepat dalam mengerjakannya.
“Kalau dari bahan fiber, bisa lebih murah lagi dan umumnya lebih cepat dalam saya mengerjakan dari awal hingga jadi,” kata Muslih sambil tersenyum.
Muslih sendiri mengaku pernah menerima pesanan wayang dari seorang dalang terkenal, namun dalang tersebut enggan disebutkan namanya.
“Beberapa waktu lalu, saya pernah mendapatkan pesanan satu set wayang dari seorang dalang ternama, namun beliau pesan kepada saya untuk tidak menyebuy nama beliau,” Muslih berseloroh.
Harapan Muslih, kesenian wayang kulit dapat digemari lagi oleh orang – orang khususnya kawula muda agar lebih bisa memaknai tentang kehidupan.
“Saya berharap orang – orang saat ini, khususnya para kawula muda, kembali menggemari kesenian luhur ini. Karena di dalamnya terkandung banyak filosofi tentang kehidupan yang sangat bermanfaat untuk kita semua,” tutup Muslih. (Agus S)
Tinggalkan Balasan