Ngaben, Upacara Pengembalian Panca Mahabutha Dalam Tubuh Manusia
Salatiga,
beritaglobal.net – Upacara Ngaben bagi umat Hindu adalah salah satu tahapan
untuk mengembalikan Panca Mahabhuta kepada sang pencipta. Demikian halnya yang dilakukan oleh keluarga
I Putu Suputra (43), meski tinggal jauh dari tempat kelahirannya di Pulau Bali,
Putu (panggilan akrab I Putu Suputra), tetap menjalankan Ngaben dan melarung
abu ke laut, untuk menyempurnakan Panca Mahabhuta almarhum ibunya pada Rabu
(22/08/2018) lalu di Pantai Marina Semarang.
beritaglobal.net – Upacara Ngaben bagi umat Hindu adalah salah satu tahapan
untuk mengembalikan Panca Mahabhuta kepada sang pencipta. Demikian halnya yang dilakukan oleh keluarga
I Putu Suputra (43), meski tinggal jauh dari tempat kelahirannya di Pulau Bali,
Putu (panggilan akrab I Putu Suputra), tetap menjalankan Ngaben dan melarung
abu ke laut, untuk menyempurnakan Panca Mahabhuta almarhum ibunya pada Rabu
(22/08/2018) lalu di Pantai Marina Semarang.
Kepada
beritaglobal.net, saat dijumpai dirumahnya, Putu menjelaskan prosesi Ngaben
untuk almarhum ibunya adalah sebagai bentuk ketaatan terhadap keyakinan yang
telah dianut dia dan keluarga besarnya.
beritaglobal.net, saat dijumpai dirumahnya, Putu menjelaskan prosesi Ngaben
untuk almarhum ibunya adalah sebagai bentuk ketaatan terhadap keyakinan yang
telah dianut dia dan keluarga besarnya.
“Prosesi ngaben dan
pelarungan ke laut adalah untuk mengembalikan Panca Mahabutha ibu saya kepada
sang pencipta,” ungkap Putu.
pelarungan ke laut adalah untuk mengembalikan Panca Mahabutha ibu saya kepada
sang pencipta,” ungkap Putu.
Dijelaskan secara
singkat oleh Putu, tentang Panca Mahabutha, “Dalam Hindu dikenal ada lima unsur
dalam diri manusia, yaitu tanah, api, air, udara dan sinar,
dan untuk mengembalikan lima unsure tersebut kea lam dan sang pencipta maka
dilakukan dengan prosesi Ngaben,” jelas Putu.
singkat oleh Putu, tentang Panca Mahabutha, “Dalam Hindu dikenal ada lima unsur
dalam diri manusia, yaitu tanah, api, air, udara dan sinar,
dan untuk mengembalikan lima unsure tersebut kea lam dan sang pencipta maka
dilakukan dengan prosesi Ngaben,” jelas Putu.
Melanjutkan
penjelasannya tentang proses pengembalian Panca Mahabhuta, Putu menambahkan, “Karena
kami tinggal di Jawa Tengah, maka proses pengembalian Panca Mahabhuta dengan
Ngaben di Krematorium Ambarawa dan menganyut di laut tepatnya di pantai Marina
Semarang, dengan memulai acara dengan hatur pyuning atau memohon ijin dengan
sembahyang. Proses ini jauh lebih cepat dan biaya relatif murah,” jelas Putu.
penjelasannya tentang proses pengembalian Panca Mahabhuta, Putu menambahkan, “Karena
kami tinggal di Jawa Tengah, maka proses pengembalian Panca Mahabhuta dengan
Ngaben di Krematorium Ambarawa dan menganyut di laut tepatnya di pantai Marina
Semarang, dengan memulai acara dengan hatur pyuning atau memohon ijin dengan
sembahyang. Proses ini jauh lebih cepat dan biaya relatif murah,” jelas Putu.
Secara terpisah,
beritaglobal.net mendapatkan penjelasan lebih detail tentang Prosesi Ngaben
dari salah satu pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota
Salatiga, I Nyoman Suasma di kediamannya, Kamis (23/08/2018).
beritaglobal.net mendapatkan penjelasan lebih detail tentang Prosesi Ngaben
dari salah satu pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota
Salatiga, I Nyoman Suasma di kediamannya, Kamis (23/08/2018).
Dijelaskan oleh I Nyoman Suasma (INS), melalui
wawancara singkat dengan beritaglobal.net (BG):
wawancara singkat dengan beritaglobal.net (BG):
BG : Seperti apa sebenarnya upacara Ngaben
menurut umat Hindu?
menurut umat Hindu?
INS : Upacara Ngaben berasal dari kata “abu” kemudian menjadi ngabuin
terus menjadi ngaben, artinya membakar jadi abu, dalam proses mengembalikan
Panca Mahabutha ke alamnya masing – masing.
terus menjadi ngaben, artinya membakar jadi abu, dalam proses mengembalikan
Panca Mahabutha ke alamnya masing – masing.
BG : Apa saja Panca
Mahabutha dalam jasad / tubuh manusia?
Mahabutha dalam jasad / tubuh manusia?
INS : Panca Mahabutha
adalah jasad manusia yang terdiri dari bagian yang padat, yaitu daging dan
tulang kembali kepada Pertiwi, bagian yang cair, yaitu darah dan lendir kembali
kepada Apah, bagian yang panas, yaitu rongga dada dan perut kembali ke Teja, bagian
yang berudara, yaitu paru-paru kembali ke Bayu, dan bagian yang halus seperti
urat saraf dan rambut, kembali ke Akasa.Pada
saat ditinggalkan roh kelima unsur itu harus dikembalikan ke asalnya dengan
cara kremasi, dengan upacara Ngaben dengan melarung sisa – sisa abu kremasi ke
laut dengan upacara. Makna upacara ini adalah untuk mengembalikan panca maha
buta tadi dan menghantar jiwatma menghadap ke sang pencipta.
adalah jasad manusia yang terdiri dari bagian yang padat, yaitu daging dan
tulang kembali kepada Pertiwi, bagian yang cair, yaitu darah dan lendir kembali
kepada Apah, bagian yang panas, yaitu rongga dada dan perut kembali ke Teja, bagian
yang berudara, yaitu paru-paru kembali ke Bayu, dan bagian yang halus seperti
urat saraf dan rambut, kembali ke Akasa.Pada
saat ditinggalkan roh kelima unsur itu harus dikembalikan ke asalnya dengan
cara kremasi, dengan upacara Ngaben dengan melarung sisa – sisa abu kremasi ke
laut dengan upacara. Makna upacara ini adalah untuk mengembalikan panca maha
buta tadi dan menghantar jiwatma menghadap ke sang pencipta.
BG : Persiapan apa saja sebelum
dijalankan upacara Ngaben?
dijalankan upacara Ngaben?
INS : Mengacu pada
ajaran Hindu, disiapkan sesaji atau banten. Banten utama adalah banten pejati
artinya adalah jati diri kita secara tulus ikhlas untuk menghantarkan doa,
banten pejati ada beberapa unsure daun, unsur buah, unsure bunga dan unsur api.
Sarana – sarana itu mempunyai fungsi sebagai persembahan
atau tanda terima kasih kepada Hyang Widhi,
sebagai alat konsentrasi memuja Hyang Widhi, sebagai simbol Hyang Widhi
atau manifestasi-Nya, sebagai alat pensucian, sebagai pengganti mantra.
ajaran Hindu, disiapkan sesaji atau banten. Banten utama adalah banten pejati
artinya adalah jati diri kita secara tulus ikhlas untuk menghantarkan doa,
banten pejati ada beberapa unsure daun, unsur buah, unsure bunga dan unsur api.
Sarana – sarana itu mempunyai fungsi sebagai persembahan
atau tanda terima kasih kepada Hyang Widhi,
sebagai alat konsentrasi memuja Hyang Widhi, sebagai simbol Hyang Widhi
atau manifestasi-Nya, sebagai alat pensucian, sebagai pengganti mantra.
BG : Apa makna dari tiap – tiap isi Banten
Pejati dalam upacara Ngaben dan Nganyut?
Pejati dalam upacara Ngaben dan Nganyut?
INS : Alas bedogan/srembeng/wakul/katung; terbuat dari janur/slepan yang bentuknya bulat dan sedikit
panjang serta ada batas pinggirnya. Alas Bedogan ini lambang pertiwi unsur yang
dapat dilihat dengan jelas. Bedogan/ srembeng/wakul/katung/srobong daksina;
terbuat dari janur/slepan yang dibuta melinkar dan tinggi, seukuran dengan alas
wakul. Bedogan bagian tengah ini adalah lambang Akasa yang tanpa tepi. Srembeng
daksina juga merupakan lambang dari hukum Rta (Hukum Abadi Tuhan), Tampak; dibuat
dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah. Tampat
adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos. Beras; lambang
dari hasil bumi yang menjadi sumber penghidupan manusia di dunia ini. Hyang
Tri Murti (Brahma, Visnu, Siva), Porosan; terbuat dari daun
sirih, kapur dan pinang diikat sedemikian rupa sehingga menjadi satu,porosan
adalah lambang pemujaan, Benang Tukelan; adalah simbol dari naga
Anantabhoga dan naga Basuki dan naga Taksakadalam proses pemutaran
Mandara Giri di Kserarnava untuk mendapatkan Tirtha Amertha dan juga simbolis
dari penghubung antara Jivatman yang tidak akan berakhir
sampai terjadinya Pralina. Sebelum Pralina Atman yang berasal dari Paramatman
akan terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum mencapai Moksa.
Dan semuanya akan kembali pada Hyang Widhi kalau sudah Pralina. Uang Kepeng; adalah lambang dari
Deva Brahma yang merupakan inti kekuatan untuk menciptakan hidup dan sumber
kehidupan. Telor Itik; dibungkus
dengan ketupat telor, adalah lambang awal kehidupan/ getar-getar kehidupan,
lambang Bhuana Alit yang menghuni bumi ini, karena pada telor terdiri dari tiga
lapisan, yaitu Kuning Telor/Sari lambang Antah karana sarira,
Putih Telor lambang Suksma Sarira, dan Kulit telor adalah
lambang Sthula sarira. Pisang, Tebu dan Kojong; adalah
simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari ala mini. Idialnya
manusia penghuni bumi ini hidup dengan Tri kaya Parisudhanya. Gegantusan; yang
terbuat dari kacan-kacangan dan bumbu-bumbuan, adalah lambang sad rasa dan
lambang kemakmuran. Papeselan yang terbuat dari lima jenis
dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambangPanca Devata; daun
duku lambang Isvara, daun manggis lambang Brahma, daun durian lambang
Mahadeva, daun salak lambang Visnu, daun nangka atau
timbul lamban Siva. Papeselan juga merupakan lambang kerjasama (Tri Hita
Karana). Buah Kemiri; adalah sibol Purusa / Kejiwaan /
Laki-laki. Buah kluwek/Pangi; lambang pradhana / kebendaan / perempuan. Kelapa; simbol Pawitra (air
keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta
loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke
dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi
lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada
isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling
dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka
pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran
sebagailambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang svah loka, Serabut
basah lambanag Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering
lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lamanag Satya loka Kelapa dikupas
dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana
Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat
dan serabut kelapa adalah lambang pe ngikat indria. Sesari; sebagai
labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha), Sampyan
Payasan; terbuat dari janur dibuat menyerupai segi tiga, lambang
dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina. Sampyan pusung; terbuat
dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut, sesunggunya tujuan
akhir manusia adalah Brahman dan pusungan itu simbol pengerucutan dari
indria-indria
panjang serta ada batas pinggirnya. Alas Bedogan ini lambang pertiwi unsur yang
dapat dilihat dengan jelas. Bedogan/ srembeng/wakul/katung/srobong daksina;
terbuat dari janur/slepan yang dibuta melinkar dan tinggi, seukuran dengan alas
wakul. Bedogan bagian tengah ini adalah lambang Akasa yang tanpa tepi. Srembeng
daksina juga merupakan lambang dari hukum Rta (Hukum Abadi Tuhan), Tampak; dibuat
dari dua potongan janur lalu dijahit sehinga membentuk tanda tambah. Tampat
adalah lambang keseimbangan baik makrokosmos maupun mikrokosmos. Beras; lambang
dari hasil bumi yang menjadi sumber penghidupan manusia di dunia ini. Hyang
Tri Murti (Brahma, Visnu, Siva), Porosan; terbuat dari daun
sirih, kapur dan pinang diikat sedemikian rupa sehingga menjadi satu,porosan
adalah lambang pemujaan, Benang Tukelan; adalah simbol dari naga
Anantabhoga dan naga Basuki dan naga Taksakadalam proses pemutaran
Mandara Giri di Kserarnava untuk mendapatkan Tirtha Amertha dan juga simbolis
dari penghubung antara Jivatman yang tidak akan berakhir
sampai terjadinya Pralina. Sebelum Pralina Atman yang berasal dari Paramatman
akan terus menerus mengalami penjelmaan yang berulang-ulang sebelum mencapai Moksa.
Dan semuanya akan kembali pada Hyang Widhi kalau sudah Pralina. Uang Kepeng; adalah lambang dari
Deva Brahma yang merupakan inti kekuatan untuk menciptakan hidup dan sumber
kehidupan. Telor Itik; dibungkus
dengan ketupat telor, adalah lambang awal kehidupan/ getar-getar kehidupan,
lambang Bhuana Alit yang menghuni bumi ini, karena pada telor terdiri dari tiga
lapisan, yaitu Kuning Telor/Sari lambang Antah karana sarira,
Putih Telor lambang Suksma Sarira, dan Kulit telor adalah
lambang Sthula sarira. Pisang, Tebu dan Kojong; adalah
simbol manusia yang menghuni bumi sebagai bagian dari ala mini. Idialnya
manusia penghuni bumi ini hidup dengan Tri kaya Parisudhanya. Gegantusan; yang
terbuat dari kacan-kacangan dan bumbu-bumbuan, adalah lambang sad rasa dan
lambang kemakmuran. Papeselan yang terbuat dari lima jenis
dedaunan yang diikat menjadi satu adalah lambangPanca Devata; daun
duku lambang Isvara, daun manggis lambang Brahma, daun durian lambang
Mahadeva, daun salak lambang Visnu, daun nangka atau
timbul lamban Siva. Papeselan juga merupakan lambang kerjasama (Tri Hita
Karana). Buah Kemiri; adalah sibol Purusa / Kejiwaan /
Laki-laki. Buah kluwek/Pangi; lambang pradhana / kebendaan / perempuan. Kelapa; simbol Pawitra (air
keabadian/amertha) atau lambang alam semesta yang terdiri dari tujuh lapisan (sapta
loka dan sapta patala) karena ternyata kelapa memiliki tujuh lapisan ke
dalam dan tujuh lapisan ke luar. Air sebagai lambang Mahatala, Isi
lembutnya lambang Talatala, isinya lambang tala, lapisan pada
isinya lambang Antala, lapisan isi yang keras lambang sutala, lapisan tipis paling
dalam lambang Nitala, batoknya lambang Patala. Sedangkan lambang Sapta Loka
pada kelapa yaitu: Bulu batok kelapa sebagai lambang Bhur loka, Serat saluran
sebagailambang Bhuvah loka, Serat serabut basah lambang svah loka, Serabut
basah lambanag Maha loka, serabut kering lambang Jnana loka, kulit serat kering
lambang Tapa loka, Kulit kering sebagai lamanag Satya loka Kelapa dikupas
dibersihkan hingga kelihatan batoknya dengan maksud karena Bhuana Agung sthana
Hyang Widhi tentunya harus bersih dari unsur-unsur gejolak indria yang mengikat
dan serabut kelapa adalah lambang pe ngikat indria. Sesari; sebagai
labang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha), Sampyan
Payasan; terbuat dari janur dibuat menyerupai segi tiga, lambang
dari Tri Kona; Utpeti, Sthiti dan Pralina. Sampyan pusung; terbuat
dari janur dibentuk sehingga menyerupai pusungan rambut, sesunggunya tujuan
akhir manusia adalah Brahman dan pusungan itu simbol pengerucutan dari
indria-indria
![]() |
Dua buah banten dihadapkan kepada sang pencipta sebagai sarana penghantar doa sebelum upacara pelarungan abu jenazah |
BG : Apakah arti bebek dan batang beringin?
INS : Kita yakini bahwa jiwatma yang hantarkan
akan menuju kepada Tuhan, contoh kita gunakan bebek adalah untuk menunjukkan
jalan kepada Jiwatma dalam menunjukkan jalan ke sang pencipta. Bebek bisa membedakan yang buruk dan yang
baik, saat dia mencari makanan di dalam lumpur, bebek bisa membedakan mana lumpur
dan mana makanan. Rangkaian daun beringin adalah sebagai symbol untuk alat
peneduh jiwatma dalam perjalanan menuju sang pencipta.
akan menuju kepada Tuhan, contoh kita gunakan bebek adalah untuk menunjukkan
jalan kepada Jiwatma dalam menunjukkan jalan ke sang pencipta. Bebek bisa membedakan yang buruk dan yang
baik, saat dia mencari makanan di dalam lumpur, bebek bisa membedakan mana lumpur
dan mana makanan. Rangkaian daun beringin adalah sebagai symbol untuk alat
peneduh jiwatma dalam perjalanan menuju sang pencipta.
BG : Apakah makna kelapa gading dalam
proses nganyut atau melarung abu ke laut?
proses nganyut atau melarung abu ke laut?
INS : Kelapa cengkir/kelapa muda,
diyakini air kelapa itu suci, tidak ada manusia yang memasukkan air ke dalam
buah kelapa, khususnya kelapa muda yang airnya masih penuh dan air diisi dari
Tuhan sehingga kita yakini sebagai air yang suci. Kemudian kelapa dibentuk
simetris dan dilubangi dengan bentuk segitiga/kasturi, melambangkan hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam semeseta dan hubungan
manusia dengan manusia.
diyakini air kelapa itu suci, tidak ada manusia yang memasukkan air ke dalam
buah kelapa, khususnya kelapa muda yang airnya masih penuh dan air diisi dari
Tuhan sehingga kita yakini sebagai air yang suci. Kemudian kelapa dibentuk
simetris dan dilubangi dengan bentuk segitiga/kasturi, melambangkan hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam semeseta dan hubungan
manusia dengan manusia.
BG : Siapa pemimpin upacara Ngaben dan
Nganyut?
Nganyut?
INS : Ada pandita atau pedande yang
dipimpin oleh Romo Wiku Satya
Dharna Telaga dari Pura Adya Dharma, Salatiga dan ada
mangku sebagai pendamping Pedande, yang kebetulan waktu itu saya sendiri.
dipimpin oleh Romo Wiku Satya
Dharna Telaga dari Pura Adya Dharma, Salatiga dan ada
mangku sebagai pendamping Pedande, yang kebetulan waktu itu saya sendiri.
BG : Siapa yang seharusnya
memasukkan abu ke dalam air/laut?
memasukkan abu ke dalam air/laut?
INS : Relatif, bila ahli waris
berani , dilakukan oleh ahli waris, namun terkadang ada ahli waris yang masih
belum tega, sehingga di serahkan proses penaburan abu ke air/laut oleh Pedande.
berani , dilakukan oleh ahli waris, namun terkadang ada ahli waris yang masih
belum tega, sehingga di serahkan proses penaburan abu ke air/laut oleh Pedande.
BG : Sejak kapan di Salatiga
terselenggara prosesi Ngaben?
terselenggara prosesi Ngaben?
INS : Di kota Salatiga sejak tahun
1967 sudah dilaksanakan prosesi Ngaben, sehingga telah banyak prosesi Ngaben. Kita
pilih laut adalah samudera, yang menjadi simbol bagian dari kesejahteraan, jadi
kita hanyutkan ke laut untuk mengharapkan kesejahteraan abadi kepada
roh/jiwatma. Selain laut, bisa saja
dilakukan di sungai yang aliran airnya bermuara ke laut.
1967 sudah dilaksanakan prosesi Ngaben, sehingga telah banyak prosesi Ngaben. Kita
pilih laut adalah samudera, yang menjadi simbol bagian dari kesejahteraan, jadi
kita hanyutkan ke laut untuk mengharapkan kesejahteraan abadi kepada
roh/jiwatma. Selain laut, bisa saja
dilakukan di sungai yang aliran airnya bermuara ke laut.
BG : Adakah upacara lain untuk
menghormati orang yang telah meninggal setelah upacara Ngaben?
menghormati orang yang telah meninggal setelah upacara Ngaben?
INS : Ngaben sebagai prosesi terakhir,
dalam proses kehidupan sehingga dalam Hindu sudah tidak ada lagi prosesi acara
untuk memperingati hari kematian setelah upacara Ngaben dan larung abu. (ASB/Red)
dalam proses kehidupan sehingga dalam Hindu sudah tidak ada lagi prosesi acara
untuk memperingati hari kematian setelah upacara Ngaben dan larung abu. (ASB/Red)
Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tinggalkan Balasan