Kreasi ‘Nail Art’ Siswi SMKN 1 Salatiga, Hilangkan ‘Mati Gaya’ Ditengah Masa Karantina Karena Covid-19

Kreasi pembuatan Nail Art oleh siswi SMKN 1 Salatiga disela masa karantina untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. (Foto: Dok. pribadi/Na)

Salatiga, beritaglobal.net – Menjalani masa ‘karantina di
rumah’, tidak membuat sejumlah siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1
Salatiga, ‘mati gaya’. Kekhawatiran akan marakanya penyebaran Covid-19 atau
Coronavirus Diseas, justru menumbuhkan kreativitas sejumlah siswi tersebut
untuk berkreasi lewat ‘nail art’.
Nail art atau seni menghias kuku adalah salah satu
keterampilan tangan yang berfungsi untuk mempercantik kuku. Seperti yang
ditunjukan para siswi dari SMK 1 Salatiga yang mencoba berkreasi dalam
pembuatan kuku palsu.
Menariknya lagi hasil karya para siswi ini ternyata tidak
hanya mampu memenuhi kebutuhan sekolah tapi juga membantu perekenomian
keluarga.
Karena memang, puluhan ‘nail art’ yang telah dihias
sedemikian rupa dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada harganya.
Salah satu siswa SMKN 1 Salagiga Melia Setia Dora (18)
menuturkan, ia dan teman – temannya dari jurusan Tata Kecantikan menjalani masa
libur Corono dengan mengerjakan ‘nail art’ bernilai ekonomis untuk mengisi mata
pelajaran (mapel) Produk Kreatif dan Kewirausahaan.
“Kami memang tidak diberi tugas dalam bentuk soal-soal.
Justru dengan tugas kerajinan ini, membuat kami tidak jenuh selama diwajibkan
berada di rumah guna menghindari penyebaran Covid-19,” ungkap Dora,
ditemui di kediamannya di Jalan Taman Pahlawan No 30 RT 16 RW 03, Salatiga,
Selasa (24/03/2020).
Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Yuni Puji Astuti dan
Setiyono ini mengaku dalam proses pembuatan ‘neil art’ tidak banyak kesulitan.  Selain tetap mendapatkan arahan langsung guru
pembimbing melalui media online macam WhatsApp atau telpon, guru bersangkutan
juga sesekali mengunjungi rumah – rumah para siswa guna mengecek langsung.
Dalam proses pembuatan ‘nail art’, ditambahkan Rossa Hasna
Shafira (16) siswi SMKN 1 Salatiga asal Dusun Krajan 1 RT 01 RW 02 Tegaron,
Banyubiru, Kabupaten Semarang memang perlu ketekunan.
“Kunci dari ‘nail art’ ini adalah ketekunan dan
kesabaran. Selain semua bahan dasarnya berukuran kecil, keterampilan saat
menghias tak kalah rumit,” ujar Rossa.
Ada pun, bahan yang digunakan dalam menghias kuku plastik
sintetis, kutek, berlian atau hiasan, glitter, kikir, kuas serta lem khusus
kuku palsu untuk memasang. Sebanyak 10 kuku palsu yang dibuat untuk 10 jari,
satu siswi bisa membuatnya dengan kisaran 30 menit.
“Jadi, dalam sehari bisa membuat 80 biji kuku palsu.
Tahu-tahu sudah sore saja waktunya,” terangnya.
Dari semua kuku palsu yang dibuat lengkap dengan hiasannya,
para siswi ini menjualnya masih sebatas secara on-line. Harga yang dipasarkan
pun, cukup terjangkau yakni berkisar Rp 20 – 50 ribu.
“Yang biasa hingga hiasan. Harga juga dilihat dari
tingkat kesulitan dalam membuat,” tambah Yunita Salma Puja Dewi  (16) bertempat tinggal di Dewi Sartika 5 RT
05 RW 04, Mijen Gedanganak, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.
Mereka yang membeli pun, bukan kalangan biasa. Tercatat,
mulai kalangan mahasiswa hingga calon pengantin.
“Biasanya yang membeli atau memesan dari kalangan yang
akan menggelar nikahan hingga wisuda,” timpal Lidiasty Keke Novitara (17)
yang menempuh sekolah dari Dusun Getas RT 05 RW 01 Kauman Lor, Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang. 
Arahan Menteri
Seorang guru pembimbing jurusan Tata Kecantikan SMK 1
Salatiga Neny Sulistiyanto mengungkapkan, sesuai anjuran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim serta Gubenur Jateng Ganjar Pranowo siswa yang
belajar di rumah diberi tugas tidak harus dalam bentuk soal – soal.
“Guru memberikan tugas secara on-line. Namun tugas yang
diberikan tidak harus dalam bentuk soal. Melainkan dalam bentuk tugas membuat
siswa enjoy,” papar Neny Sulistiyanto.
Di SMKN 1 Salatiga sendiri, memang mempunyai jurusan Tata
Kecantikan masuk Mapel Produk Kreatif dan Kewirausahaan.
Sehingga para guru diminta memberikan tugas yang bisa
dikerjakan siswa secara berkelompok yaitu berupa pembuatan nail art atau seni
menghias kuku.
“Dan lewat ‘nail art’ ini dibuat selama masa libur karantina
Corona. Dalam berkelompok pun kami terapkan untuk tetap menjaga jarak aman
antaa siswi satu dengan yang lain. Serta, jumlahnya pun, tak banyak satu
kelompok 4-5 orang siswi,” pungkas dia.
Perihal pengawasan kepada anak didik di rumah, para guru menggunakan
media sosial dan WhatsApp sebagai sarana komunikasi intensif selama 24 jam.
Pemantauan dilakukan setiap hari.  apa saja yang menjadi kesulitan siswa, guru
sigap membantu.
Hal senada disampaikan Kepala sekolah SMKN 1 Sriyanto.
Ditemui di ruang kerjanya, Sriyanto mengakui pekerjaan atau tugas yang
diberikan sekolah pun sifatnya menghibur dan tidak membuat anak tertekan dengan
situasi yang menegang seperti saat ini.
Bisa berkarya walaupun dalam situasi yang membosankan dan
tidak menegangkan, menjadi kunci pengajar di SMKN 1 Salatiga meningkatkan
kualitas pendidikan anak didik. 
“Anak – anak sambil menghibur diri dapat meningkatkan
kreativitas. Sekaligus memberi nilai ekonomis yang dapat membantu orang tua
atau minimal mengantongi uang saku sendiri,” tandasnya. (Na/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!