Timor Ban Buah Kerja Keras, Keyakinan dan Cinta Keluarga Kunci Sukses Usaha
![]() |
Kios Timor Ban di Jalan Lingkar Selatan Kota Salatiga |
Salatiga, beritaglobal.net – Terlahir jauh dari pusat keramaian dan berada di pulau yang penuh dengan padang rumput, bukan menjadi halangan bagi pengusaha velg dan ban satu ini.
Dialah Fedy Riwu Kedo, terlahir di Kupang 42 tahun lalu, mulai merintis usahanya sejak tahun 2005 silam. Selepas menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Peternakan di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Semarang, bukan memilih menjadi peternak, justru ia memilih jalan lain untuk digelutinya.
Saat ditemui beritaglobal.net di Kios tempat usahanya, Fedy panggilan akrab bapak 2 anak ini, mengisahkan sedikit perjalanan hidup dan usahanya hingga seperti sekarang.
![]() |
Fedy Riwu Kedo saat ditemui di tempat usahanya, salah satu pengusaha muda Kota Salatiga murah senyum dan ramah |
“Siapa sangka Mas, semua sudah kehendak Allah SWT, dulu banyak pahit getir kehidupan saya rasakan,” ungkap Fedy sebelum melanjutkan kisah perjalanannya hingga ke Salatiga.
Selepas tamat sekolah menengah umum di kota kelahirannya, dia pergi ke kota Semarang untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu saudaranya sudah ada yang hidup mapan di Semarang. Harapan orang tua di daerah asalnya bahwa ia akan dapat mengelola sedikit hewan ternak yang mereka miliki dengan bekal ilmu peternakan yang ia pelajari.
Setelah tamat dari studi peternakan dengan hasil yang memuaskan disela kesibukannya sebagai aktivis kampus kala itu, “Cumlaude”. Fedy muda mencoba kembali ke kampung halamannya dengan mencoba beternak seperti harapan orang tuanya.
Namun, bukannya menikmati dunia peternakan, ia justru berfikir bahwa ia akan lebih maju bila berkarya di Pulau Jawa. Bukan tanpa alasan, saat itu memang sudah ada seorang gadis manis asal Kota Salatiga yang telah menawan hatinya selama dulu masih sama – sama belajar di Kota Semarang.
Singkat cerita Fedy mempersunting kekasihnya sejak masih kuliah dan memilih tinggal di Kota Salatiga. Memulai usaha ban dari mulai keliling dengan sepeda motor tua mencari ban bekas untuk di ukir ulang alurnya atau langsung menjual kembali ke konsumen yang membutuhkan.
Cukup lama perjalanan keliling mencari ban bekas, hingga pernah karena belum berpengalaman, ia membeli ban bekas forklift. Difikirnya murah dan mendapatkan keuntungan besar, justru ban bekas forklift tidak laku, baik untuk daur ulang maupun dijual kembali secara utuh. Menumpuklah ban bekas forklift di halaman rumah mertuanya.
![]() |
Seorang konsumen sedang melihat – lihat koleksi velg variasi untuk dipasang di mobilnya, seorang karyawan Timor Ban memberi penjelasan kualitas produk |
Disini ia menegaskan, “dalam setiap usaha mandiri, motivasi dari keluarga bisa bersifat negatif bila mental kita tidak kuat, seringkali karena kebanyakan orang tua kita adalah para pekerja, baik sebagai pegawai swasta maupun pegawai negeri, mereka menganggap bahwa kita tidak mampu berbisnis sendiri,” ucapnya sambil tersenyum.
“Namun, rasa tanggung jawab saya untuk dapat mensejahterakan keluarga, semua itu justru memacu saya untuk lebih tahan banting dan berusaha lebih keras lagi,” lanjut Fedy dengan penuh semangat.
Segala sesuatu yang belum ada hasilnya secara nyata, membuat orang lain yang bahkan orang terdekat seperti halnya orang tua atau bahkan pasangan, masih ragu dengan visi yang kita idamkan.
Waktu terus berlalu, dalam setiap usaha dan doanya, Fedy hanya ingin menyaksikan keluarga kecilnya dapat hidup layak dan dia dapat membuktikan kepada orang – orang terdekatnya, bahwa ia mampu berbisnis dengan usaha dan caranya sendiri.
Jalinan relasi semakin banyak, hingga suatu ketika ada seorang pengusaha ban lain yang mau ber mitra dengannya. Dari ban bekas yang ia jual, bergeser sedikit demi sedikit menjual ban baru. Setelah cukup modal, ia pun merambah ke jual beli velg racing baru dan bekas.
Meski berasal dari Timor yang kemudian menjadi nama usaha nya “Timor Ban”, Fedy sangat luwes dan piawai berkomunikasi dengan orang jawa tengah meski logat jawanya sedikit kaku. Hal ini adalah bekal dari pengalamannya yang pernah menjabat sebagai ketua badan eksekutif mahasiswa sewaktu kuliah dulu.
Saat ini telah tiga kios besar dimilikinya dengan memegang brand salah satu produk ban dari Korea. Kios pertamanya yang ia tempati dari mulai kontrak tahunan hingga dapat ia beli adalah di pertigaan Jalan Kalinongko. Ruko kedua berada di tepi Jalan Lingkar Selatan Kota Salatiga, sekitar 150 meter dari lampu merah Kecandran.
Rencana pengembangan bisnis dan untuk lebih memuaskan pelanggan, ia bangun kios dua lantai dengan dilengkapi cafe kecil yang akan segera di buka dan berlokasi tidak jauh dari lokasi kiosnya yang kedua.
Di akhir perbincangan kami, ia berkata tentang kunci suksesnya. “Ini Mas, kunci sukses saya, seraya menunjuk foto dirinya bersama istri dan kedua anaknya, setelah itu kesabaran dan keyakinan bahwa Allah SWT selalu memberi jalan terbaikNya buat kita semua,” tegasnya.
Timor Ban, menyediakan berbagai macam merk ban dengan berbagai ukuran, selain itu terdapat pula beraneka velg racing standart maupun variasi mulai dari harga 4 jutaan hingga puluhan juta rupiah sesuai dengan selera kita semua pecinta otomotive.
Kisah pengusaha muda yang telah sukses menjalankan bisnisnya ini kiranya dapat memacu kita semua untuk lebih menekuini dunia yang telag kita pilih sebagai jalan hidup. (Agus S)
Tinggalkan Balasan