Harga Rokok Melonjak Masyarakat Beralih Ngelinting Dewe (TingWe)
![]() |
Racikan rokok tingwe atau rokok lintingan. (Foto: Dok. istimewa/IS) |
PURBALINGGA, Beritaglobal.Net – Akibatnya mahalnya harga rokok di zaman sekarang,membuat masyarakat berburu rokok murah meskipun tampa label pun tetap di cari. Bagi perokok hal tersebut tentu ingin nyari irit yang terpenting sama – sama keluar asapnya.
Zaman sudah serba modern,banyak Industri rokok bermunculan dalam persaingan bisnis, legalitas cukai pun tertera dalam bungkusnya,menunjukan kalau rokok tersebut tidak ilegal.
Sehingga menarik masyarakat untuk membelinya,berapapun harga tidak menjadi persoalan, karena seolah sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kaum laki-laki maupun perempuan.
Akibat mahalnya harga rokok perbungkusnya, dengan bandrol Harga Rp 15.000,- hingga Rp 30.000,- keatas, fenomena pecinta rokok kini muncul kembali.
Tingwe (Kliting Dewe) bahasa trendnya dalam bahasa jawa, jika di artikan adalah membuat rokok racikan sendiri yang terdiri dari tembakau dan cengkeh, lalu kemudian dengan menggunakan alat manual untuk melintingnya,yang hanya terbuat dari kayu dan plastik mika tipis, kini semakin di gemari di kalangan masyarakat.
Tingwe kini hadir kembali dan menjadi fenomena seperti era 70 an. Budaya melinting rokok sendiri bagi sudah bukan lagi hal tabu, karena di kalangan pemuda sekarang banyak yang ikut maramaikan tingwe di jagad maya, karena menurut mereka melambungnya harga rokok akibat kebijakan cukai sehingga banyak yang beralih ke tingwe
Di sejumlah Wilayah seperti Kabupaten Purbalingga misalnya, tim beritaglobal.net secara tidak sengaja melihat tiga pemuda yang asyik melinting tembakau yang dicampur dengan cengkeh di sebuah angringan , saat ditanya bagaimana menakar campuran keduanya warga yang bernama imeng 20th warga purbalingga menjelaskan sesuai selera.
” Karena rokok mahal saja ,saya pindah ke tingwe, karena ini sebagai solusi dari naiknya harga rokok, apalagi saya pecandu rokok sejak sekolah SMP ,” jelas imeng ,sayangnya wajahnya tidak mau di foto, Minggu (26/7/2020)
Jika melihat fenomena munculnya kembali tingwe tentu hal ini telah menepis berbagai anggapan yang melekat pada tingwe, karena cara ini dianggap lebih murah,hemat biaya jika sama-sama intinya mengisap rokok.
Hadirnya tingwe di era modern seperti sekarang ini, jika di lihat melalui sudut pandang yang real tentu sangat positif,karena membuka peluang usaha baru, yang biasanya pada mencari rokok yang sudah jadi ,kini para penjual tembakau dan cengkeh eceran,barang tentu di buru pecinta tingwe.
Dikutip dari komunitaskretek.or.id, disitu juga dijelaskan kalau saat ini
media sosial pun dari berbagai kalangan ikut meramaikan tingwe seperti di instagram misalnya, hanya dengan mengetikkan katakunci #tingwe dan #tembakau langsung akan banyak akun yang menawarkan berbagai tembakau dari banyak daerah dengan berbagai rasa mulai dari rasa apek hingga rasa rokok terkenal.
Bayangkan, kalau biasanya kita membeli rokok sebungkus, katakanlah Rp 20,000 dimana per bungkusnya berisi 12 batang. Jika dibandingkan dengan membeli tembakau yang harga per ons-nya tidak lebih dari Rp 15.000, sudah bisa membuat lebih dari 50 lintingan rokok.
Tidak hanya tembakau saja yang diburu,seperti cengkeh sebagai bahan campuran,gabus,sigaret dan alat pelindungnya pun sekarang mulai dicari para pecinta tingwe. iwan s
Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tinggalkan Balasan