Khofifah Gandeng Teknologi, Ajak Bumil Deteksi Risiko Dini Lewat Aplikasi e-Detik dan BUAIAN
Laporan: Ninis Indrawati
SURABAYA | SUARAGLOBAL.COM – Dalam momentum peringatan Hari Kesehatan Sedunia 2025, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali menegaskan komitmennya dalam menekan angka kematian ibu (AKI) di Jawa Timur. Salah satu langkah strategis yang ia dorong adalah pemanfaatan teknologi digital berupa aplikasi kesehatan yang dirancang khusus untuk ibu hamil dan pasangan usia subur.
Dua aplikasi yang dimaksud adalah e-Detik (elektronik Deteksi Risiko Tinggi Ibu Hamil) dan BUAIAN (Bunda Anak Impian), yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dalam keterangannya di Surabaya pada Senin (7/4/25), Khofifah menjelaskan bahwa aplikasi e-Detik dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh ibu hamil untuk memantau kesehatan diri mereka secara rutin. Melalui aplikasi ini, para ibu dapat mencatat berbagai keluhan atau gejala yang dirasakan selama kehamilan, seperti batuk, nyeri dada, hingga kecemasan berlebihan. Informasi tersebut kemudian akan diteruskan kepada tenaga kesehatan untuk dilakukan pemantauan dan tindak lanjut.
“Hingga saat ini, sudah ada 1.026 ibu hamil yang menggunakan e-Detik. Dari jumlah tersebut, 20 persen terdeteksi memiliki risiko tinggi,” ungkap Khofifah.
Tak hanya untuk ibu hamil, Khofifah juga menyoroti pentingnya perencanaan kehamilan yang matang. Untuk itu, Pemprov Jatim memperkenalkan aplikasi BUAIAN yang dirancang khusus bagi pasangan usia subur. Aplikasi ini berfungsi sebagai alat skrining awal untuk mendeteksi risiko kesehatan sebelum kehamilan terjadi.
“Dari 6.713 pengguna BUAIAN, sebanyak 26,5 persen di antaranya teridentifikasi memiliki risiko tinggi, utamanya karena berat badan yang tidak ideal,” lanjutnya.
Khofifah menekankan bahwa inovasi digital seperti ini sangat membantu dalam deteksi dini terhadap potensi komplikasi kehamilan, sehingga memungkinkan tindakan medis maupun pencegahan dilakukan secara cepat dan tepat.
Data terbaru dari Dinas Kesehatan menunjukkan adanya penurunan signifikan angka kematian ibu (AKI) di Jawa Timur. Pada tahun 2024, AKI tercatat sebesar 82,56 per 100.000 kelahiran hidup, menurun dari 93,73 pada tahun sebelumnya. Meski begitu, Khofifah menegaskan bahwa perjuangan menurunkan AKI tidak boleh berhenti.
Lebih lanjut, Khofifah menyampaikan bahwa upaya preventif ini juga diperkuat oleh layanan kesehatan yang dijamin BPJS Kesehatan, termasuk di antaranya pemeriksaan kehamilan minimal enam kali, dua di antaranya berupa USG oleh dokter, serta kunjungan nifas untuk memastikan kondisi ibu pasca melahirkan.
“Ini adalah bentuk ikhtiar kolektif agar para ibu bisa menjalani kehamilan dan proses persalinan dengan aman dan sehat,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Khofifah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut memberikan dukungan fisik maupun emosional kepada para ibu hamil. Menurutnya, keberhasilan melahirkan generasi masa depan yang sehat dimulai dari kehamilan yang terpantau dan terjaga dengan baik. (*)
Tinggalkan Balasan