Tombak Menembus Dada, Jiwa Budaya Tetap Membara: Atraksi Rambo 4294 Tatung Guncang Festival Cheng Ho ke-620 di Semarang

Laporan: Andi Saputra

SEMARANG | SUARAGLOBAL.COM – Kota Semarang kembali menjadi saksi semaraknya budaya lintas etnis dalam perayaan Festival Budaya 620 Tahun Kedatangan Laksamana Cheng Ho, Minggu (27/7/2025). Di tengah arak-arakan meriah dari 14 klenteng berbagai kota, hadir penampilan memukau sekaligus menegangkan dari Rambo 4294 Tatung, kelompok Tatung asal Kalimantan Barat yang sukses menyita perhatian publik.

Salah satu atraksi yang paling mencuri perhatian adalah ritual pawai Tatung – tradisi khas komunitas Tionghoa-Dayak Kalbar yang mempertontonkan kekebalan tubuh manusia dalam atraksi mirip debus. Para tatung dengan gagah berani menusukkan pisau, pedang, hingga besi tajam ke bagian tubuh mereka, namun tak terlihat mengalami luka ataupun rasa sakit. Teriakan kagum dan decak heran dari ribuan penonton pun menggema di sepanjang rute pawai.

Baca Juga:  Kandang Ayam di Sampang Dilahap Si Jago Merah: Kerugian Capai Ratusan Juta Rupiah, Ini Jelasnya 

Didik Hartanto, Ketua Rambo 4294 Tatung, menyampaikan rasa syukur dan bangganya karena dapat menjadi bagian dalam festival lintas budaya ini. “Kami ingin memperkenalkan bahwa tradisi Tatung bukan hanya ritual keagamaan, tapi juga bentuk pelestarian budaya yang sudah diwariskan turun-temurun. Semarang adalah panggung yang tepat untuk menunjukkan kekuatan spiritual dan budaya kami,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Festival budaya ini mengangkat tema “Semangat Pelestarian Budaya Melalui Akulturasi Tradisi Jawa dan Tionghoa”, yang terbukti nyata dalam perpaduan atraksi budaya seperti barongsai, gamelan Jawa, iring-iringan patung dewa dari berbagai klenteng, serta atribut-atribut artistik seperti payung kertas, kipas hias, hingga kuda-kudaan budaya.

Rangkaian arak-arakan dimulai sejak pukul 05.00 WIB dari Klenteng Tay Kak Sie, menelusuri rute budaya yang penuh sejarah: Jalan Gang Pinggir, Wotgandul Timur dan Barat, Plampitan, Kranggan Barat, Depok, hingga Jalan Pemuda dan Mgr Soegiyopranoto, dan berakhir di Klenteng Agung Sam Poo Kong, ikon sejarah yang dipercaya sebagai tempat persinggahan Cheng Ho.

Baca Juga:  Banpusboyo Meluncur: Terobosan Digital Dispusip Surabaya Standarkan 900 Perpustakaan Sekaligus Gaet Minat Baca Gen Z

Sebanyak 15 klenteng turut serta, termasuk dari luar kota seperti Sam Poo Sing Bio (Surabaya), Hok Sian Than (Kudus), dan Cetya Metta Padma (Bekasi), menunjukkan bahwa semangat persatuan lintas daerah dan budaya tetap terjaga.

Acara dimulai dengan prosesi penerimaan Kimsin dari Klenteng Tay Kak Sie pada pukul 07.00 WIB dan ditutup dengan pengembalian Kimsin pukul 12.00 WIB. Kimsin sendiri adalah lambang penghormatan terhadap arwah leluhur atau dewa pelindung dalam tradisi Tionghoa.

Baca Juga:  Kurang dari Sehari, Polisi Ringkus Pemuda Kenjeran Pelaku Pembacokan Kakak Kandung, Ini Jelasnya

Warga dan wisatawan yang memadati rute pawai tampak antusias, meski harus berdesakan di bawah terik matahari. Namun, segala lelah tampak sirna ketika parade budaya dan atraksi Tatung menyuguhkan tontonan yang jarang ditemukan di tempat lain.

Festival Cheng Ho ke-620 tahun ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan terhadap sejarah pelayaran besar dari Tiongkok, namun juga menjadi simbol bahwa budaya dan keberagaman di Indonesia mampu bersinergi dan hidup berdampingan secara harmonis.

Sebagaimana semangat Cheng Ho membawa misi perdamaian dan perdagangan lintas negara, festival ini pun membawa pesan persatuan, toleransi, dan pelestarian budaya leluhur dalam kemasan modern dan atraktif. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!