Coco Rope Menembus Eropa: Tali Sabut Kelapa Karya Warga Binaan Lapas Sragen Resmi Diekspor ke Belgia
Laporan: Tedy M
SRAGEN | SUARAGLOBAL.COM — Inovasi dan semangat kemandirian dari balik jeruji kembali membuahkan hasil membanggakan. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Tengah, Mardi Santoso, secara simbolis melepas ekspor perdana produk Coco Rope ke Belgia pada Rabu (30/07/25). Produk tali sabut kelapa tersebut merupakan hasil karya warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas IIA Sragen, yang kini berhasil menembus pasar internasional.
Coco Rope merupakan tali berbahan dasar sabut kelapa yang dirancang sebagai mainan ramah lingkungan untuk hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing. Tak hanya menonjolkan unsur keberlanjutan, produk ini juga menjadi simbol keberhasilan pembinaan kemandirian di lingkungan pemasyarakatan.
Dalam sambutannya, Mardi Santoso menyampaikan rasa bangga dan apresiasi kepada jajaran Lapas Sragen atas pencapaian tersebut. Ia menilai keberhasilan ini bukan hanya menjadi milestone penting bagi Lapas Sragen, tetapi juga mencerminkan kontribusi pemasyarakatan Jawa Tengah dalam mendukung agenda nasional pemberdayaan warga binaan.
“Ekspor Coco Rope ini adalah bukti nyata bahwa warga binaan mampu menghasilkan karya yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat menembus pasar internasional. Ini juga merupakan bagian dari akselerasi program Bapak Menteri Hukum dan HAM dalam menciptakan warga binaan yang produktif dan berdaya saing global,” ujar Mardi Santoso.
Acara pelepasan ekspor berlangsung semarak dengan dihadiri oleh jajaran Forkopimda Sragen, para pemangku kepentingan, serta Kepala UPT Pemasyarakatan se-Karesidenan Surakarta. Suasana semakin meriah dengan penampilan seni budaya oleh warga binaan, termasuk Tari Gambyong yang dibawakan dengan penuh pesona oleh warga binaan perempuan.
Mardi Santoso juga menyempatkan diri untuk meninjau langsung area produksi Coco Rope, mulai dari proses pengolahan sabut kelapa mentah, pemintalan, hingga tahap pengemasan. Ia mengaku terkesan dengan kualitas yang dihasilkan dan dedikasi para warga binaan yang terlibat secara aktif dalam setiap tahap produksi.
“Capaian ini menjadi dorongan bagi seluruh jajaran pemasyarakatan di Jawa Tengah agar terus memperluas program kemandirian yang tak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga membuka akses bagi warga binaan menuju pasar global,” tegasnya.
Sementara itu, Kalapas Sragen, Mohamad Maolana, mengungkapkan bahwa keberhasilan ekspor Coco Rope ini tak lepas dari sinergi kuat antara pihak lapas, warga binaan, serta mitra industri yang konsisten mendampingi proses produksi. Menurutnya, hasil ini menunjukkan bahwa pembinaan yang tepat mampu menghasilkan warga binaan yang profesional dan produktif.
“Lapas Sragen kami bangun sebagai ruang pembinaan yang berkelanjutan. Coco Rope menjadi bukti bahwa warga binaan tidak sekadar menjalani hukuman, tapi juga mampu menciptakan karya yang berdampak dan diterima di pasar internasional,” ujar Mohamad Maolana.
Dengan ekspor perdana ini, Lapas Sragen mencatat sejarah baru dalam dunia pemasyarakatan Indonesia. Produk Coco Rope tak hanya menjadi sarana pemberdayaan, tetapi juga wujud konkret dari transformasi pemasyarakatan menjadi pusat pelatihan, keterampilan, dan produktivitas, yang memberi harapan baru bagi para warga binaan untuk kembali ke masyarakat sebagai insan yang mandiri dan bermanfaat. (*)
Tinggalkan Balasan