Merayakan Semangat Kemerdekaan, Polres Magetan Gandeng Petani Kopi di Lereng Lawu untuk Bangun Ekonomi Desa

Merayakan Semangat Kemerdekaan, Polres Magetan Gandeng Petani Kopi di Lereng Lawu untuk Bangun Ekonomi Desa

 

MAGETAN | SUARAGLOBAL.COM — Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, suasana kebersamaan dan semangat nasionalisme terasa kental di Desa Ngiliran, Kecamatan Panekan. Polres Magetan bersama Forkopimda Magetan mengadakan kegiatan bertajuk “Ngopi Bareng”, Senin (4/8/25), bersama para petani kopi lokal di kaki Gunung Lawu.

Kegiatan ini bukan hanya sekadar ngopi bersama. Lebih dari itu, forum ini menjadi ruang dialog dan kolaborasi antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan para petani kopi, untuk menggali serta memajukan potensi kopi Panekan yang mulai dikenal luas karena kualitasnya.

Baca Juga:  Hujan Lebat Picu Longsor Ganda di Kajoran: Rumah Rusak, Sekolah Terancam, Jalan Penghubung Lumpuh Total 

Kapolres Magetan, AKBP Erik Bangun Prakasa, mengungkapkan bahwa acara ini merupakan bagian dari cara pihaknya menyemarakkan kemerdekaan dengan pendekatan yang lebih membumi dan berdampak langsung ke masyarakat.

“Ngopi bareng ini bukan hanya tentang menikmati kopi, tapi juga memperkuat sinergi dan menyatukan visi antara masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan potensi lokal,” kata AKBP Erik.

Kegiatan diawali dengan pengibaran Bendera Merah Putih oleh seluruh peserta yang hadir, mencerminkan semangat patriotisme dari desa-desa produktif di kawasan pegunungan Lawu.

Diskusi berlangsung hangat di bawah rimbunan pohon kopi, membahas berbagai varietas kopi unggulan daerah seperti robusta, arabika, liberika, dan kopi nangka (excelsa) yang hanya bisa ditemukan di beberapa titik di Panekan. Iklim sejuk serta kondisi tanah lereng Lawu menjadikan kopi dari wilayah ini memiliki cita rasa unik dan berkarakter.

Baca Juga:  Gubernur Jatim Khofifah Ajak Kepala Daerah "Gaspol" Demi Kemajuan Bangsa 

Kapolres Magetan juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar lereng Lawu, karena alam yang sehat adalah kunci keberlanjutan perkebunan kopi.

“Kalau hutan rusak, pertanian kopi tidak akan bertahan. Menjaga hutan adalah bagian dari menjaga ekonomi desa,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Magetan, Kang Ratno, menyuarakan pentingnya menjadikan desa-desa penghasil kopi seperti Ngiliran dan Sidomulyo sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Menurutnya, kopi Panekan sudah memiliki pasar yang luas hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. “Potensinya besar, dan jika dikelola serius bisa mengurangi beban wilayah selatan Magetan dan menciptakan banyak lapangan kerja,” ujarnya.

Baca Juga:  Ribuan Jamaah Hadiri Haul Akbar Al-Khidmah Sidoarjo 2024: Momentum Spiritual dan Keberkahan

Lebih dari sekadar seremoni, acara ini membawa pesan kuat bahwa pembangunan daerah bisa dimulai dari secangkir kopi dan percakapan yang jujur antara pemangku kebijakan dan masyarakat akar rumput.

“Ngopi Bareng” menjadi simbol semangat kemerdekaan yang nyata: gotong royong, kemandirian, dan keyakinan bahwa produk lokal adalah jati diri bangsa yang harus diangkat bersama.

Dengan komitmen yang dibangun melalui momen seperti ini, kopi dari lereng Lawu bukan hanya menyeduhkan rasa, tetapi juga harapan bagi masa depan Magetan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!