Ketika Kebaya dan Kuliner Jadi Bahasa Cinta Tanah Air: Pesan Inspiratif Ketua TP PKK Salatiga di UKSW
Laporan: Wahyu Widodo
SALATIGA | SUARAGLOBAL.COM — Suasana elegan dan penuh semangat kebangsaan menyelimuti Aula Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada Rabu (8/10/2025). Di antara gemerlap kain kebaya yang menawan dan aroma kuliner Nusantara yang menggugah, Ketua Tim Penggerak PKK (TP PKK) Kota Salatiga, Retno Robby Hernawan, tampil anggun dan berwibawa dalam Talkshow Kebaya yang menjadi bagian dari rangkaian Gelar Inovasi Harmoni Nusantara (GIHN) 2025.
Acara ini dihadiri oleh Rektor UKSW Prof. Dr. Intyas Utami, S.E., M.Si., Ak., sejumlah akademisi, pelaku budaya, anggota TP PKK Kota Salatiga, serta mahasiswa dari berbagai fakultas. Seluruh peserta tampak antusias mengikuti jalannya diskusi yang mengangkat tema pelestarian kebaya dan kuliner Nusantara sebagai bagian dari identitas bangsa.
Dalam sambutannya, Retno Robby Hernawan menyampaikan pesan yang menggugah tentang makna mendalam di balik sehelai kebaya. Menurutnya, kebaya tidak hanya sekadar busana, tetapi simbol keanggunan, keteguhan, dan kecintaan perempuan Indonesia terhadap budayanya.
“Kebaya bukan hanya pakaian tradisional, tetapi simbol kepribadian perempuan Indonesia. Dalam setiap helainya tersimpan nilai kelembutan, kerja keras, dan cinta terhadap budaya,” ujarnya di hadapan peserta talkshow.
Ia juga menekankan bahwa kuliner Nusantara memiliki filosofi yang tak kalah luhur. Setiap resep dan bumbu yang diwariskan dari generasi ke generasi menyimpan cerita tentang sejarah, kearifan lokal, serta kehangatan keluarga dan masyarakat.
“Begitu pula kuliner Nusantara, yang di setiap bumbunya tersimpan cerita tentang sejarah, alam, dan kebersamaan,” tambahnya.
Lebih jauh, Retno menjelaskan bahwa melestarikan budaya tidak berarti menolak perubahan, melainkan beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan akar tradisi.
“Kebaya bisa terus hidup dalam desain modern tanpa kehilangan maknanya. Kuliner Nusantara pun dapat disajikan secara kontemporer tanpa menghilangkan nilai tradisinya,” tegasnya.
Ia juga menyerukan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keberlanjutan budaya bangsa. Melalui kegiatan seperti GIHN, para pelajar dan mahasiswa diharapkan dapat menumbuhkan kebanggaan terhadap kekayaan budaya Indonesia dan mengembangkannya dengan inovasi yang relevan dengan zaman.
“Dengan melestarikan budaya, kita tidak hanya menjaga masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang berakar kuat dan berdaulat secara budaya,” tuturnya menutup sambutannya yang disambut tepuk tangan hangat.
Sementara itu, Rektor UKSW Prof. Dr. Intyas Utami dalam sambutannya mengapresiasi partisipasi aktif TP PKK Kota Salatiga dalam kegiatan kampus yang bertujuan mengharmonikan inovasi dan budaya lokal. Ia menilai, kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat seperti ini sangat penting untuk meneguhkan karakter bangsa di era globalisasi.
Kegiatan Gelar Inovasi Harmoni Nusantara (GIHN) 2025 sendiri menjadi wadah ekspresi lintas generasi dalam melestarikan warisan budaya Indonesia. Selain talkshow kebaya, acara juga menampilkan pameran busana tradisional, bazar kuliner khas daerah, dan pentas seni budaya.
Dengan semangat yang terpancar dari kegiatan ini, Salatiga kembali menunjukkan dirinya sebagai kota yang tidak hanya toleran dan harmonis, tetapi juga berbudaya dan progresif.
Melalui GIHN 2025, diharapkan semangat pelestarian dan inovasi budaya Nusantara terus hidup dari kampus, dari perempuan, dan dari masyarakat untuk Indonesia yang berjati diri dan berdaya saing di dunia global. (*)
Tinggalkan Balasan