Aklamasi Hadi Martono: SWI Jatim Tegaskan Netralitas di Tahun Politik

Laporan: Iswahyudi Artya 

JATIM | SUARAGLOBAL.COM – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sekber Wartawan Indonesia (SWI) Jawa Timur menggelar Rapat Pleno Pengurus (RPP) di Bumi Majapahit, Mojokerto. Acara yang dihadiri seluruh pengurus SWI Jatim ini bertujuan untuk memperkuat struktur organisasi serta melakukan pemilihan ketua baru. Dalam rapat tersebut, Hadi Martono secara aklamasi terpilih menjadi Ketua DPW SWI Jatim, menggantikan ketua sebelumnya yang telah meninggal dunia, (26/09/24).

Rapat pleno ini bukan sekadar pengisian jabatan kosong, namun juga menjadi momentum penting bagi SWI Jatim untuk melakukan konsolidasi internal dan menata ulang kepengurusan. Supomo, selaku Sekretaris DPW SWI Jatim, menjelaskan bahwa pemilihan ketua baru ini merupakan langkah strategis guna memastikan organisasi tetap solid dan mampu menghadapi tantangan ke depan. “Penggantian ketua bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari upaya kita untuk memperkuat struktur organisasi dan mencapai target-target penting ke depan,” ungkap Supomo.

Proses pemilihan Hadi Martono sebagai ketua baru tidak terjadi begitu saja. Rapat pleno diwarnai oleh diskusi panjang dan beberapa opsi calon ketua yang diajukan. Namun, setelah melalui pembahasan yang mendalam, seluruh pengurus sepakat untuk memilih Hadi Martono. Figur Hadi dinilai mampu membawa perubahan positif bagi SWI Jatim, mengingat rekam jejaknya yang dikenal memiliki komitmen kuat terhadap profesionalisme jurnalistik.

Dalam pidato perdananya sebagai ketua baru, Hadi Martono menegaskan komitmennya untuk menjaga netralitas wartawan SWI Jatim, terutama dalam menghadapi pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang sedang berlangsung. “Kita harus menjaga netralitas dalam pemberitaan, karena Pilkada adalah amanat konstitusi. SWI Jatim berkomitmen untuk mengawal pelaksanaan Pilkada dan memastikan bahwa berita yang disampaikan tidak mengandung hoaks, serta sesuai dengan etika jurnalistik yang diatur dalam UU Pers No. 40 Tahun 1999,” tegas Hadi dengan penuh semangat.

Selain menekankan netralitas, Hadi juga menyinggung peran penting wartawan dalam menjaga integritas pemberitaan di masa Pilkada. Ia menyatakan bahwa wartawan memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan informasi yang benar dan berimbang kepada masyarakat. “Ini adalah masa krusial bagi kita sebagai insan pers. Kita harus aktif dalam menjaga integritas dan kredibilitas pemberitaan, terutama di masa-masa penting seperti Pilkada ini,” ujar Hadi.

Meski susunan kepengurusan baru belum secara resmi disahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) SWI, Hadi tetap optimis bahwa pengesahan tersebut akan segera dilakukan dalam waktu dekat. Baginya, kesatuan dan profesionalisme wartawan adalah kunci untuk menjaga stabilitas organisasi serta menghadapi dinamika politik yang terus berkembang.

Pemilihan Hadi Martono sebagai ketua baru diharapkan dapat membawa angin segar bagi DPW SWI Jatim. Dengan pengalaman dan dedikasinya, Hadi dipercaya mampu memimpin SWI Jatim menuju arah yang lebih baik, sekaligus memperkuat peran organisasi dalam menegakkan etika jurnalistik serta menjaga netralitas di tengah suasana politik yang kian memanas. Tantangan yang dihadapi pers saat ini bukan hanya soal menyajikan berita, tetapi juga memastikan bahwa informasi yang diterima publik benar-benar akurat dan terpercaya.

Rapat Pleno Pengurus ini sekaligus menjadi ajang bagi para anggota SWI Jatim untuk mempererat kerja sama dan memperkuat sinergi dalam menjalankan misi organisasi. Para pengurus berharap di bawah kepemimpinan Hadi, SWI Jatim mampu menjunjung tinggi profesionalisme dan terus menjadi benteng terakhir dalam menghadirkan informasi yang sesuai dengan kaidah jurnalistik, terutama di tahun politik yang penuh tantangan ini.

Dengan dukungan penuh dari seluruh pengurus, Hadi Martono diyakini dapat mengemban amanat ini dengan baik dan membawa SWI Jatim ke arah yang lebih solid, profesional, serta tetap menjadi garda terdepan dalam menghadirkan berita yang netral dan terpercaya, sesuai dengan misi utama organisasi. (*)