Cemburu Buta Berujung Petaka, Seorang Pria di Nganjuk Hantam Kekasih dengan Asbak dan Batu Bata
Laporan: Ninis Indrawati
NGANJUK | SUARAGLOBAL.COM – Warga Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, digegerkan oleh insiden penganiayaan brutal yang dilakukan seorang pria lanjut usia terhadap kekasihnya sendiri. Pelaku berinisial SJ (66) diduga menganiaya korban BS (51) di depan rumah korban pada Sabtu (2/8/2025).
Peristiwa kekerasan ini diduga dipicu oleh pertengkaran pribadi yang bermula dari kecemburuan dan emosi sesaat. Pertengkaran memanas setelah korban menagih uang pembayaran jasa pemandu lagu di warung karaoke miliknya, tempat di mana SJ diketahui sering datang.
Namun, bukannya menyelesaikan masalah secara dewasa, SJ justru diduga meluapkan amarahnya dengan memukul korban menggunakan asbak kayu. Tak berhenti di situ, SJ juga mengambil batu bata dan kembali menghantam korban, menyebabkan luka parah di bagian kepala dan wajah BS.
Korban mengalami luka robek di kepala bagian belakang kiri, memar di mata kanan, serta sejumlah luka lainnya akibat pukulan benda tumpul. Warga yang mengetahui kejadian tersebut segera melaporkan kepada pihak kepolisian.
Kapolres Nganjuk, AKBP Henri Noveri Santoso, menegaskan bahwa pihaknya akan menangani kasus ini dengan serius.
“Kami tidak mentoleransi segala bentuk kekerasan, terlebih yang terjadi dalam relasi personal. Proses hukum akan berjalan secara objektif,” ujarnya pada Senin (4/8/2025).
Sementara itu, Kapolsek Warujayeng, AKBP Lilik Suharyono, menjelaskan langkah-langkah cepat yang telah diambil aparat begitu laporan diterima dari warga.
“Kami langsung ke TKP, melakukan pemeriksaan terhadap para saksi, dan meminta visum dari pihak medis. Proses penyelidikan tengah berlangsung,” ucapnya.
Barang bukti berupa asbak kayu yang digunakan dalam penganiayaan telah diamankan oleh polisi. SJ saat ini telah ditahan dan dijerat dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan, dengan ancaman hukuman penjara hingga 2 tahun 8 bulan.
Kepolisian juga mengimbau masyarakat agar tidak segan melaporkan segala bentuk kekerasan, baik di ruang publik maupun dalam hubungan pribadi. Mereka menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman bagi setiap individu, termasuk dalam hubungan asmara.
Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya pengendalian emosi dalam membangun relasi, serta perlunya kesadaran bersama untuk menolak dan melawan segala bentuk kekerasan domestik. (*)
Tinggalkan Balasan