Dari Daun Gugur Jadi Komdaring: SDN Warungdowo I Lahirkan Inovasi Hijau Lewat Program Transformasi Sampah Organik
Laporan: Ninis Indrawati
PASURUAN | SUARAGLOBAL.COM – SDN Warungdowo I, Kecamatan Pohjentrek, kembali mencuri perhatian lewat inovasi lingkungan yang melibatkan siswa secara aktif. Melalui program bertajuk “Transformasi Sampah Organik Menjadi Komdaring dan POC”, sekolah ini sukses mengintegrasikan pendidikan lingkungan dengan praktik nyata di lapangan. Program tersebut merupakan bagian dari tugas akhir Diklat Pembelajaran Mendalam 2025, dan dilaksanakan secara penuh oleh para siswa pada Senin (09/12/2025).
Program yang dikembangkan oleh Khusnul Khotimah, M.Pd, ini muncul sebagai respons atas banyaknya sampah daun serta sisa makanan di area sekolah. Menggunakan pendekatan pembelajaran mendalam, siswa tidak hanya menerima teori, tetapi juga terlibat langsung dalam seluruh proses pengolahan sampah organik hingga menjadi dua produk utama: Komdaring (Kompos Daun Kering) dan Pupuk Organik Cair (POC).
Belajar Sambil Berbuat: Siswa Terjun Langsung Olah Sampah
Program ini menggabungkan beberapa dimensi Profil Pelajar Pancasila, seperti kreativitas, penalaran kritis, kerja sama, dan kesadaran lingkungan. Melalui proyek ini, siswa mempraktikkan serangkaian keterampilan, mulai dari:
memilah sampah organik dan nonorganik, menentukan rasio komposisi bahan pembuatan kompos maupun POC, melakukan pengecekan fermentasi secara berkala, hingga mengemas dan memasarkan produk melalui bazar sekolah.
Aktivitas lapangan ini membuat suasana belajar menjadi lebih hidup, aplikatif, dan bermakna. Siswa belajar memahami siklus sampah sekaligus dampaknya bagi lingkungan.
Inovasi Teknologi: Lahirnya CAKSAM, Pencacah Sampah Buatan Guru
Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah hadirnya alat pencacah sampah organik bernama CAKSAM. Alat ini merupakan hasil rancangan guru SDN Warungdowo I menggunakan konsep STEM.
CAKSAM sengaja dibuat aman bagi anak-anak, namun tetap efektif membantu mempercepat proses pencacahan daun kering dan batang pisang yang menjadi bahan utama kompos. Hadirnya alat ini membuktikan bahwa teknologi sederhana dapat memberi kontribusi besar dalam pengelolaan sampah sehari-hari.
Dampak Nyata: Limbah Berkurang, Produk Bernilai Jual Muncul
Program ini bukan hanya menghasilkan kompos dan pupuk organik cair, tetapi juga menghasilkan sejumlah manfaat nyata bagi sekolah:
Volume sampah organik berkurang drastis.
Produk Komdaring dan POC telah dipasarkan di bazar sekolah.
Siswa belajar langsung konsep kewirausahaan, seperti menentukan harga, melakukan promosi, dan transaksi.
Kebiasaan peduli lingkungan tumbuh semakin kuat di kalangan siswa.
“Anak-anak menjadi lebih sadar bahwa sampah sebenarnya bisa menjadi sumber manfaat. Mereka bangga karena produk yang mereka buat bisa terjual,” ungkap salah satu guru pendamping.
Didukung Banyak Pihak, SDN Warungdowo I Siap Menuju Sekolah Adiwiyata
Program pengolahan sampah organik ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah, paguyuban kelas, orang tua siswa, hingga warga sekitar. Meski masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan waktu dan tenaga kebersihan, pihak sekolah optimistis program ini dapat terus dilanjutkan.
Keberhasilan ini juga menjadi pijakan penting bagi SDN Warungdowo I untuk mengejar predikat Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi. Pihak sekolah berharap inovasi ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain dalam mengembangkan pembelajaran berbasis lingkungan.
Dengan pendekatan pembelajaran mendalam yang tidak hanya menambah wawasan tetapi juga membentuk karakter, SDN Warungdowo I membuktikan bahwa sampah bisa menjadi media belajar yang bermakna, produktif, dan berdampak luas bagi lingkungan sekolah. (*)



Tinggalkan Balasan