Di Tengah Ancaman Semeru, Polisi Lumajang Berpacu dengan Waktu Evakuasi Warga dan Aset
Laporan: Ninis Indrawati
LUMAJANG | SUARAGLOBAL.COM — Polres Lumajang bergerak cepat memaksimalkan operasi kemanusiaan untuk mengevakuasi warga terdampak banjir lahar dingin yang menerjang Kecamatan Candipuro. Sejak pagi, personel kepolisian bersinergi dengan BPBD, TNI, perangkat desa, dan para relawan untuk memastikan keselamatan penduduk serta menyelamatkan aset berharga dari wilayah yang berada di jalur aliran lahar Besuk Kobokan hingga Besuk Regoyo, (07/12/25).
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang masih dalam status Level III (Siaga) membuat ancaman bencana susulan semakin besar. PVMBG melaporkan adanya peningkatan intensitas erupsi, mencapai 35 kali letusan dalam waktu enam jam, disertai hujan di sekitar puncak yang mempercepat terbentuknya aliran lahar dingin menuju kawasan pemukiman.
Masyarakat pun diminta meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga jarak aman minimal 13 kilometer dari sektor tenggara Semeru. PVMBG juga menegaskan warga agar tidak mendekati bantaran sungai serta menjauhi radius 5 kilometer dari kawah karena potensi lontaran material pijar yang tidak dapat diprediksi.
Material Lahar Tutup Jalan dan Rendam Permukiman
Banjir lahar yang terjadi pada Sabtu siang (6/12/25) membawa material lumpur dan batu dari hulu, menyapu jalur utama akses desa dan menerobos ke sejumlah perkampungan. Dusun Sumber Langsep dan Kebondeli Selatan menjadi wilayah terdampak paling serius, dengan lumpur yang mencapai ketinggian hingga satu meter.
Satu rumah warga dilaporkan hanyut terseret arus lahar, sementara sembilan rumah lainnya serta satu masjid mengalami kerusakan berat akibat tumpukan material vulkanik yang menyumbat aliran sungai.
Polisi Evakuasi Anak-Anak, Lansia hingga Ibu Hamil
Dalam situasi darurat tersebut, keberadaan personel Polri menjadi kunci penyelamatan warga. Sejumlah polisi tampak menggendong anak-anak, membantu lansia, hingga mengawal ibu hamil menembus lumpur tebal menuju lokasi aman. Evakuasi dilakukan dengan peralatan manual maupun kendaraan dinas yang difungsikan menerobos genangan lahar demi menjemput warga yang terjebak.
Selain keselamatan jiwa, petugas turut menyelamatkan barang berharga warga, mulai dari dokumen penting, alat rumah tangga, hingga aset usaha kecil. Langkah cepat ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian warga sebelum kondisi medan semakin memburuk.
Hingga kini, tercatat 395 warga mengungsi di tiga titik penampungan sementara di wilayah Sumber Langsep. Di lokasi pengungsian, Polri melakukan pengecekan kesehatan dasar, memastikan ketersediaan kebutuhan mendesak, serta membantu pendataan keluarga terdampak.
Kapolres Pimpin Langsung Operasi Kemanusiaan
Kapolres Lumajang, AKBP Alex Sandy Siregar, memimpin langsung operasi besar ini dengan total pengerahan 90 personel Polri. Ia menegaskan bahwa medan sulit dan curah hujan yang masih tinggi tidak mengurangi tekad jajarannya untuk memberikan perlindungan terbaik bagi masyarakat Candipuro.
Sementara itu, Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, menekankan pentingnya kepatuhan masyarakat terhadap arahan petugas.
“Jangan berada di bantaran sungai dan patuhi setiap imbauan petugas. Aliran lahar bergerak cepat tanpa bisa diprediksi. Keselamatan hanya dapat terjamin jika masyarakat segera merespons peringatan dini,” tegasnya.
Ia juga berpesan agar relawan yang turun ke lokasi tetap menjaga koordinasi dengan unsur resmi penanganan bencana.
“Antusiasme membantu sangat kami hargai, namun prosedur keselamatan tetap harus diutamakan. Dengan koordinasi, kita bisa memastikan setiap bantuan tersalurkan secara aman dan tepat,” ujarnya.
Kepolisian Tingkatkan Kesiapsiagaan
Polri memastikan akan terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana susulan, termasuk memperlancar jalur evakuasi, menjamin keamanan warga yang masih berada di zona rawan, serta mengevakuasi harta benda yang masih memungkinkan untuk diselamatkan.
Operasi kemanusiaan ini menjadi wujud nyata komitmen Polres Lumajang dalam mendampingi masyarakat Candipuro melewati masa krisis akibat aktivitas Gunung Semeru yang masih fluktuatif. (*)



Tinggalkan Balasan