Inovasi Pemasyarakatan: Program “Tiyang Panutan” Jadi Wadah Dukungan Psikologis, Keagamaan, dan Hukum di Rutan Salatiga, Ini Jelasnya

Laporan: Wahyu Widodo

SALATIGA | SUARAGLOBAL.COM — Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salatiga resmi meluncurkan program inovatif bertajuk “Tiyang Panutan”, sebuah terobosan layanan komprehensif yang menyentuh aspek keagamaan, psikologi, hingga bantuan hukum bagi para Tahanan dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Program ini merupakan bentuk kerja sama lintas lembaga, mulai dari Kementerian Agama Kota Salatiga, Universitas, Yayasan Keagamaan, Pondok Pesantren, Gereja, hingga Lembaga Bantuan Hukum.

Kepala Rutan Salatiga, Anton Adi Ristanto, menyampaikan bahwa program ini lahir dari kebutuhan akan layanan pendampingan yang lebih terstruktur, terutama terkait konseling mental dan bantuan hukum dalam menghadapi proses peradilan.

“Kami meluncurkan program ‘Tiyang Panutan’ sebagai wujud peningkatan layanan dalam bidang keagamaan, psikologi, dan bantuan hukum,” ujar Anton, Jumat (05/12/25).

Baca Juga:  Jejak Pahlawan di Kota Hati Beriman: Kapolres Salatiga Pimpin Ziarah Nasional di TMP Dharma

Fokus pada Kesehatan Mental Tahanan Baru

Anton menjelaskan bahwa salah satu fokus utama program ini adalah penguatan layanan konseling psikologi, khususnya bagi tahanan baru yang rentan mengalami tekanan emosional.

“Layanan konseling psikologi sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga para warga binaan, khususnya tahanan baru, tidak berada dalam keadaan tertekan atau stres berlebihan. Kami ingin memberikan rasa aman bagi mereka,” jelasnya.

Program ini dirancang untuk memastikan setiap tahanan mendapat pendampingan yang memadai dalam masa-masa awal proses hukum, yang sering kali menjadi periode paling berat secara mental.

Bantuan Hukum Pro Bono dan Penguatan Ibadah

Selain aspek psikologis, Rutan juga menyiapkan layanan konseling bantuan hukum pro bono, baik litigasi maupun non-litigasi, agar para tahanan memahami hak dan proses hukum yang mereka jalani. Program ini melibatkan berbagai lembaga hukum yang siap memberikan pendampingan gratis.

Baca Juga:  Juara di Festival Sholawat, Tim Banjari Polres Pamekasan Harumkan Nama Institusi

Tak hanya itu, layanan pembinaan keagamaan juga menjadi bagian penting dari “Tiyang Panutan”. Rutan melibatkan Kemenag, pondok pesantren, hingga gereja untuk mengisi kegiatan rohani yang dapat memperkuat keimanan sekaligus menjadi dukungan moral bagi para tahanan.

Harapan Rutan: Pelayanan Berkelanjutan dan Berkeadilan

Anton berharap program “Tiyang Panutan” dapat memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan para tahanan dan WBP.

“Dengan menggandeng berbagai pihak, kami ingin menghadirkan layanan terbaik bagi para tahanan. Ini bagian dari visi kami untuk mewujudkan pembinaan yang bermanfaat, berkelanjutan, profesional, akuntabel, dan berkeadilan,” pungkasnya.

Baca Juga:  Kapolres Nganjuk Sidak Kesiapan Libur Panjang: Kolaborasi Teknologi dan Personel Jadi Kunci

Dukungan dari Akademisi UKSW

Program ini juga mendapat apresiasi dari dunia akademik. Dr. Sri Aryanti Kristianingsih, Dekan Fakultas Psikologi UKSW, menyampaikan dukungan penuh terhadap kolaborasi ini.

“Kami berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan. Program ‘Tiyang Panutan’ ini sangat bermanfaat bagi para tahanan, baik dari segi psikis, mental, ibadah, hingga bantuan hukum gratis,” ujarnya.

Komitmen Rutan Salatiga

Lewat peluncuran program ini, Rutan Salatiga menegaskan komitmennya dalam memberikan pelayanan prima tanpa diskriminasi, serta terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas pembinaan bagi seluruh tahanan maupun warga binaan.

Program “Tiyang Panutan” menjadi bukti bahwa pendekatan humanis dan kolaboratif dapat menjadi pilar penting dalam penyelenggaraan pemasyarakatan di era modern. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!