Karya Kreatif Warga Binaan Curi Perhatian di Salatiga Festival Bisnis: Bukti Produktivitas Tak Kenal Batas
Laporan: W Widodo
SALATIGA | SUARAGLOBAL.COM – Pameran kerajinan tangan hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) kembali menjadi sorotan dalam acara *Salatiga Festival Bisnis dan Bazaar UMKM 2024* yang berlangsung pada Sabtu (21/09). Beragam produk unik dari tangan-tangan terampil para WBP dipamerkan, menarik minat pengunjung yang hadir di event tersebut.
Acara ini mendapatkan dukungan penuh dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, Tejo Harwanto, beserta para Kepala Divisi Kanwil yang turut hadir. Mereka mengapresiasi upaya memperkenalkan hasil karya WBP kepada masyarakat luas, terutama di wilayah Kota Salatiga. Inisiatif ini juga dipandang sebagai langkah penting dalam memperkuat citra positif WBP yang produktif meski tengah menjalani hukuman.
Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Salatiga, Redy Agian, menekankan bahwa partisipasi dalam acara ini merupakan wujud penghargaan kepada WBP yang tetap kreatif dan produktif di tengah keterbatasan. Menurut Redy, ajang ini membuka peluang bagi WBP untuk memperkenalkan karya mereka kepada masyarakat umum.
“Ini adalah bentuk apresiasi kami kepada para WBP yang tetap produktif meskipun menjalani masa pidana. Melalui pameran ini, kami memperkenalkan produk dan karya warga binaan kepada masyarakat yang lebih luas,” ujar Redy.
Ia juga menjelaskan bahwa produk-produk yang dipamerkan dalam acara tersebut tidak hanya bisa dinikmati oleh pengunjung sebagai pameran semata, namun juga tersedia untuk dibeli secara langsung atau dipesan. Hal ini, menurut Redy, memberikan dampak positif bagi WBP secara ekonomi, sekaligus berkontribusi terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Hasil karya ini bisa dibeli langsung atau dipesan, yang tentunya memberikan manfaat ekonomi bagi warga binaan serta kontribusi terhadap negara melalui PNBP,” tambahnya.
Redy juga menyampaikan harapannya agar dukungan masyarakat yang telah menunjukkan antusiasme terhadap karya-karya WBP dapat mendorong pihak Rutan untuk memperbanyak program pelatihan keterampilan di masa mendatang. Dengan begitu, WBP akan memiliki keterampilan yang lebih beragam dan siap memasuki dunia usaha setelah mereka bebas.
“Dukungan dari masyarakat sangat penting. Ke depan, kami akan memperbanyak program pelatihan untuk membekali para warga binaan dengan keterampilan yang dapat membantu mereka membuka usaha sendiri setelah masa hukuman mereka selesai,” ujar Redy optimis.
Dewi, salah satu pengunjung yang hadir di bazaar, mengungkapkan rasa kagumnya terhadap kreativitas WBP. Ia mengaku tak menyangka bahwa di balik status mereka sebagai narapidana, WBP mampu menghasilkan karya yang memiliki nilai jual tinggi.
“Saya sangat kaget dan kagum. Walaupun sedang menjalani masa pidana, ternyata mereka bisa berkreasi dan membuat berbagai hasil karya yang bernilai jual. Ini sangat membanggakan dan tentunya dapat mereka manfaatkan saat bebas nanti,” kata Dewi dengan penuh antusias.
Dalam acara ini, tidak hanya WBP dari Rutan Salatiga yang berpartisipasi. Produk-produk hasil karya dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Semarang, Lapas Ambarawa, dan Lapas Perempuan Semarang turut dipamerkan. Keikutsertaan mereka menambah keberagaman produk yang dipamerkan, dan berhasil menarik perhatian lebih banyak pengunjung.
Melalui acara seperti ini, WBP tak hanya bisa menunjukkan bakat dan kreativitas mereka, tetapi juga mendapat kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan di luar penjara dengan keterampilan yang mereka miliki. Acara ini sekaligus menjadi bukti bahwa produktivitas bisa tetap berkembang, meski dalam kondisi terbatas. (*)
Tinggalkan Balasan