KTT Margoraharjo 4, Bermodal Rukun Hingga Menarik Pendamping Dari New Zealand
Salatiga, beritaglobal.net – Perkembangan dunia pertanian dan peternakan di Indonesia, semakin hari, semakin menggembirakan. Telah banyak tekhnologi tepat guna yang digunakan oleh para petani peternak, yang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak (KTT).
Seperti halnya pada KTT Margoraharjo, seperti telah diberitakan di beritaglobal.net, beberapa waktu lalu, tentang KTT Margoraharjo 4 yang berada di Slumut, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, mengembangkan peternakan sapi perah jenis Frisien Holstein (FH), hingga dijadikan nominator kompetisi KTT tingkat nasional.
Ketua RW 03 Kelurahan Kumpulrejo, Ahmadi (54) kepada beritaglobal.net, Senin (04/02/2019) sore, saat ditemui beritaglobal.net menyampaikan sejarah singkat KTT Margoraharjo di Kelurahan Kumpulrejo didirikan sekitar tahun 1998 dan pada tahun 2006, meraih juara 1 KTT tingkat Kota Salatiga. Prestasi yang sama kembali diraih pada tahun 2010 dan tahun 2012, kemudian juara 1 pada lomba KTT tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017. Hingga akhirnya KTT Margoraharjo 4 ditetapkan sebagai Kelompok Tani Ternak Andalan oleh Provinsi Jawa Tengah pada 15 Nopember 2018 lalu.
Baca juga: KTT Margoraharjo Terima Predikat KTT Andalan
“Kelompok tani ternak di Kelurahan Kumpulrejo dulunya hanya bernama Margoraharjo. Seiring berjalannya waktu, anggota semakin banyak, nama Margoraharjo disebut Margoraharjo 1 hingga 7. Namun saat ini, KTT yang menggunakan nama itu (Margoraharjo-red) tinggal Margoraharjo 4 dan 5. Selebihnya dari 16 KTT yang ada di Kumpulrejo, telah berganti nama, seperti Rukun Santoso, Ngudi Lestari, Bendo Arum, Kinanthi,” ungkap Ahmadi.
“Hingga kini jumlah sapi perah di KTT Margoraharjo 4, ada 156 ekor sapi jenis FH bantuan pemerintah. Sedangkan jumlah susu yang dihasilkan di KTT Margoraharjo 4 sebanyak lebih kurang 448 liter per hari, dan di jual ke KUD Wahyu Agung, KUD Bayu Aji, KUD Getasan, dengan harga per liter saat ini Rp 5 ribu, dari harga bulan lalu yang hanya sekitar empat ribu delapan ratus rupiah,” imbuh Ahmadi.
Harapan Naiknya Harga Susu Sapi Segar
Ahmadi, menyampaikan bahwa KTT Margoraharjo 4 telah mengupayakan pembuatan pakan ternak sendiri, untuk menekan biaya operasional anggotanya, dalam menyediakan konsentrat sebagai makanan tambahan hewan ternak yang mencapai Rp 23 ribu per ekor per hari. Dan berharap, pemerintah dapat mendorong kenaikan harga jual susu dari peternak, mendekati ideal untuk menutup biaya operasional sebesar Rp 8 ribu per liter.
![]() |
Tanaman rumput di seputar Kumpulrejo sebagai supplay pakan hijauan sapi. |
“Kelompok kami, telah berupaya membuat terobosan di bidang pakan, dengan membuat konsentrat sendiri. Karena biaya pakan khususnya konsentrat, per hari mencapai Rp 23 ribu, dengan harga jual susu yang hanya Rp 5 ribu per liter, kami harus kreatif dalam mencari pakan alternatif yang tidak mengurangi kualitas dan volume susu. Kami berharap, bahwa pemerintah dapat mendorong kenaikan harga jual susu sapi perah dari peternak, mendekati harga ideal sebesar Rp 8 ribu per liter,” ungkap Ahmadi.
Aplikasi Pengelolaan dan Produk Terapan
![]() |
Produk terapan KTT Margoraharjo berupa es krim dengan nama Mr. Four (Foto: Dok. KTT Margoraharjo 4) |
Sementara itu, Lurah Kumpulrejo Eska Bayu Sukmawan, S.I.P., merespon semua aktifitas warga Kumpulrejo, dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. “Saya salut dengan semangat warga disini, untuk komitmen dan tanggung jawab mereka mengembangkan bantuan yang diberikan, bukan muspro tapi tambah ngremboko (berkembang-red),” ungkap Bayu, saat berkunjung ke KTT Margoraharjo 4 dan KTT Margoraharjo 5.
Adanya pendampingan dari Kementrian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dengan kerjasama Indonesia – New Zealand yang terkemas dalam Indonesia Dairy Exellence Activity (IDEA), diharapkan KTT Margoraharjo 4 menjadi sebuah peternakan sapi perah dengan pengelolaan seperti di New Zealand.
![]() |
Distribusi konsentrat hasil olahan KTT Margoraharjo kepada anggota KTT |
Dijelaskan oleh Kamto (50) dan Ahmadi (54), IDEA memberikan cara untuk membuat pakan sendiri, dan meningkatkan produksi susu perah. Karena menurut Kamto dari hasil pengamatan pendamping IDEA, kebanyakan sapi di peternakan tradisional di Indonesia alami dehidrasi, karena asupan air minum yang kurang memadahi.
“Pendamping dari New Zealand kemarin memberi cara membuat pakan sendiri dan memberi beberapa bibit rumput unggulan, serta memberikan penjelasan kalau air minum untuk sapi harus tersedia cukup agar tidak dehidrasi. Logikanya adalah sapi diperah susunya rata – rata 10 liter per hari, sekarang kalau minumnya kurang atau kurang cairan kan ndak sehat,” jelas Kamto dan Ahmadi.
Ahmadi menambahkan bahwa KTT Margoraharjo 4 telah mencoba membuat ice cream dari susu, dengan produksi rata – rata 2 hingga 3 liter per hari dengan nama produk Mr. Four. Selain itu, dirinya dan anggota KTT lainnya berharap bila ada pihak swasta yang berkenan untuk memberi pelatihan olahan susu lainnya, seperti yogurt bahkan keju.
“Kami sangat berterima kasih bila ada pihak – pihak non pemerintah yang berkenan memberi pelatihan kepada kami untuk pengembangan produk olahan susu, seperti yogurt atau bahkan keju,” pungkasnya tersenyum. (Agus S/Khamim)
Tinggalkan Balasan