“Lawe Kokohu” Jadi Simbol Kearifan Lokal: Gubernur Maluku Buka Grand Final Turnamen Surfing Edukatif di Negeri Latu
Laporan: Fajrin Nirwan Salasiwa
AMBON | SUARAGLOBAL.COM – Suasana meriah dan penuh semangat membalut pesisir Negeri Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, saat Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, secara resmi membuka Grand Final Turnamen Perdana Surfing “Lawe Kokohu” Latu 2025, Kamis (19/6/2025).
Turnamen ini merupakan inisiatif unik yang diinisiasi oleh SMA Negeri 15 Seram Bagian Barat, mengangkat kegiatan surfing atau Lawe Kokohu sebagai bagian dari pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dalam kurikulum merdeka. Tidak sekadar kompetisi olahraga, kegiatan ini menjadi wadah edukatif, budaya, dan pelestarian lingkungan.
Dalam sambutannya, Gubernur Lewerissa menyampaikan apresiasi mendalam terhadap pelaksanaan turnamen surfing ini yang dinilainya sebagai langkah inovatif dalam mengintegrasikan kearifan lokal dengan dunia pendidikan dan pariwisata.
“Turnamen ini bukan hanya ajang adu ketangkasan di atas ombak, melainkan juga upaya luar biasa dalam mendukung implementasi kurikulum merdeka yang kontekstual, relevan, dan berakar pada kekayaan lokal,” ujar Lewerissa.
Turut hadir dalam pembukaan turnamen antara lain Ketua TP PKK Provinsi Maluku Maya Baby Lewerissa, Wakil Bupati SBB beserta istri, jajaran DPRD SBB, Sekda dan pejabat Pemkab SBB, Forkopimcam Amalatu, para tokoh masyarakat, tokoh pemuda, serta siswa dan panitia penyelenggara.
Surfing sebagai Warisan Budaya Pesisir
Lewerissa menekankan bahwa Lawe Kokohu bukan sekadar aktivitas olahraga modern, melainkan bagian dari tradisi turun-temurun masyarakat Negeri Latu yang telah berlangsung selama beberapa generasi. Dalam konteks budaya lokal, kegiatan berselancar ini sudah dilakukan anak-anak sejak dahulu, bahkan sebelum hadirnya papan surfing modern.
“Dahulu mereka berselancar dengan gaya dada dan papan seadanya. Kini, sejak tujuh tahun terakhir, anak-anak di sini sudah berselancar dengan gaya berdiri. Ini terjadi secara otodidak tanpa pelatih profesional, dan menjadi viral di media sosial,” ungkap Lewerissa dengan rasa bangga.
Ombak Eksotik dan Aset Pesisir yang Perlu Dijaga
Negeri Latu sendiri dikenal sebagai salah satu negeri adat terbesar di wilayah Timur Kabupaten SBB. Dengan pantai eksotik dan ombak yang menggoda, daerah ini dinilai memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi olahraga air dan pariwisata berbasis alam.
“Garis pantai yang indah dan ombak yang stabil di musim timur merupakan aset penting yang perlu dijaga dan dikembangkan untuk kepentingan masyarakat lokal,” jelas Gubernur.
Kurikulum Merdeka dan Edukasi Kontekstual
Turnamen ini juga akan dilengkapi dengan berbagai proyek edukatif seperti:
Surfing dan Sains Laut
Surfpreneur (pengembangan bisnis lokal pantai)
Kampanye Pantai Aman dan Sehat
Inovasi Papan Selancar dari Limbah Lokal
Cerita Ombak: Dokumentasi Budaya Surfing Lokal
Proyek-proyek ini dirancang untuk menggali dan mendokumentasikan nilai-nilai budaya, sains, dan kreativitas siswa dalam konteks lokal.
“Inilah bukti nyata bagaimana kurikulum merdeka bisa diimplementasikan secara menyenangkan dan bermakna. Kita membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga cinta tanah air, berkarakter, dan sadar akan budaya serta lingkungan,” tegas Lewerissa.
Harapan untuk Generasi Pesisir yang Mandiri dan Inspiratif
Gubernur berharap agar kegiatan seperti Lawe Kokohu bisa berkelanjutan dan diperluas, menjadi model pengembangan potensi wilayah dan pendidikan di daerah lain.
“Semoga turnamen ini membawa manfaat besar bagi pendidikan, pariwisata, dan kebanggaan daerah. Kita buktikan bahwa dari desa pesisir, bisa lahir inspirasi dan inovasi kelas dunia,” tutupnya.
Turnamen ini diharapkan tak hanya menjadi perayaan tradisi, tetapi juga mendorong anak-anak pesisir Maluku agar terus berinovasi dan menjaga warisan leluhur melalui cara yang kreatif dan mendunia. (*)
Tinggalkan Balasan