Lempar Jumrah, Bukan Sekadar Melempar Batu: Menag Ajak Jemaah Haji Tinggalkan Sifat Buruk di Tanah Suci
MAKKAH | SUARAGLOBAL.COM — Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan bahwa ibadah lempar jumrah bukan hanya tindakan fisik melempar batu ke tiga tugu jamarat di Mina, tetapi mengandung makna spiritual yang dalam, yakni simbol pengusiran sifat-sifat buruk dalam diri manusia.
Berbicara di hadapan Jamarat pada Jumat (6/6/25), Menag menjelaskan bahwa lempar jumrah adalah momen reflektif yang mengandung teladan dari Nabi Ibrahim. Menurutnya, setan yang dilawan tidak selalu berupa makhluk nyata, melainkan juga simbol hawa nafsu dan sifat negatif dalam diri manusia.
“Ini kan mengikuti teladan Nabi Ibrahim. Jadi, ini adalah peristiwa simbolik untuk melempar dan mengusir setan. Termasuk setan di sini adalah nafsu kita sendiri,” ujar Menag.
Lebih lanjut, Nasaruddin mengajak seluruh jemaah haji Indonesia untuk menjadikan prosesi lempar jumrah sebagai sarana penyucian diri. Ia menekankan pentingnya melepaskan diri dari berbagai sifat buruk yang sering kali menghambat kehidupan spiritual dan sosial.
“Makna pelemparan jumrah adalah tentang mengusir segala bentuk godaan dan sifat buruk dalam diri kita, keserakahan, amarah, pelit, suka memfitnah, berbohong, dan mencela orang lain. Tinggalkan semua itu di sini, kuburkan sifat-sifat buruk itu di sini,” tegasnya.
Menag juga mengimbau para jemaah untuk mengisi sisa waktu mereka di tanah suci dengan ibadah yang lebih khusyuk, memperbanyak doa, dan memperkuat rasa syukur atas kesempatan menunaikan rukun Islam kelima ini.
“Yang harus kita bawa pulang ke tanah air adalah jiwa yang kembali suci, kembali ke fitrah. Insya Allah, itu yang akan menyelamatkan kita,” pesannya penuh harap.
Sementara itu, Kepala Bidang Perlindungan Jamaah, Harun, mengingatkan jemaah untuk mematuhi ketentuan waktu yang telah ditetapkan Pemerintah Arab Saudi untuk pelaksanaan lempar jumrah, yakni pukul 07.00 hingga 10.00 waktu Arab Saudi (WAS). Imbauan ini penting demi menjaga keselamatan dan kelancaran prosesi.
“Pemerintah Arab Saudi memberikan waktu pelaksanaan lontar jumrah dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi. Jika lewat waktu itu, jemaah akan bercampur dengan negara lain, yang bisa menimbulkan kepadatan dan risiko keselamatan,” jelas Harun.
Selain soal waktu, Harun juga mengingatkan bahwa jemaah yang dalam kondisi lemah, sakit, atau berusia lanjut dapat memanfaatkan opsi badal (diwakilkan) agar tetap dapat melaksanakan rukun haji tanpa mengorbankan kesehatan dan keselamatan.
“Dengan kepatuhan ini, insya Allah ibadah berjalan lancar, aman, dan jemaah dapat menjalankan seluruh rangkaian haji dengan baik,” pungkasnya.
Prosesi lempar jumrah menjadi salah satu momen krusial dalam rangkaian ibadah haji. Lebih dari sekadar ritual, lempar jumrah dimaknai sebagai simbol perjuangan spiritual yang mendalam, membuang segala bisikan jahat dan menyambut kehidupan yang lebih bersih serta berakhlak mulia. (Yuanta)
Tinggalkan Balasan