“Nguri-Uri Tradisi Jawi”: Dawuhan Dandan Kali Sendang Gambir Satukan Warga Tetep Lewat Budaya dan Gotong Royong
Laporan: Wahyu Widodo
SALATIGA | SUARAGLOBAL.COM — Kemeriahan tradisi Jawa kembali terasa hangat di Dusun Tetep, Kelurahan Randuacir, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. Warga setempat menggelar Dawuhan Dandan Kali Sendang Gambir, sebuah rangkaian awal dari tradisi Merti Dusun dengan tema “Nguri-Uri Tradisi Jawi Sedekah Bumi (Saparan)”, yang berlangsung pada Jumat (25/07/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Wakil Wali Kota Salatiga, Nina Agustin, yang turut memberikan sambutan sekaligus dukungan penuh terhadap pelestarian budaya lokal. Hadir pula Ketua DPRD Kota Salatiga, Komandan Koramil Argomulyo, Komandan Kodim 0714 Salatiga, Kapolsek Argomulyo, Camat Argomulyo, Lurah Randuacir, Ketua RW dan RT setempat, Komunitas Jaga Tirta Kota Salatiga, Paguyuban Padang Gambir, serta warga Dusun Tetep yang antusias mengikuti seluruh rangkaian acara.
Tradisi yang Mengakar dan Menyatukan Warga
Kegiatan Dawuhan Dandan Kali Sendang Gambir dimaknai sebagai bentuk syukur masyarakat kepada alam, khususnya terhadap keberadaan Sendang Gambir yang menjadi sumber kehidupan. Tradisi ini diawali dengan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar sendang dan dusun, dilanjutkan dengan kenduri serta doa bersama, kemudian ditutup dengan makan bersama yang sarat makna kebersamaan dan kekeluargaan.
“Ini bukan sekadar tradisi, tapi cerminan hidup yang penuh nilai: gotong royong, spiritualitas, dan rasa hormat terhadap alam. Pelaksanaan dua kali setahun ini menunjukkan semangat masyarakat Tetep dalam menjaga identitas budaya mereka,” ujar Nina Agustin dalam sambutannya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti ini adalah warisan penting yang harus terus ditransmisikan kepada generasi muda agar tidak tergerus zaman. “Harapannya, anak cucu kita kelak juga bisa tetap menjalankan dan mencintai tradisi ini,” lanjutnya.
Makna Spiritual, Sosial, dan Lingkungan
Ketua Paguyuban Sendang Gambir menekankan pentingnya menjaga kearifan lokal yang tersimpan dalam acara seperti Dawuhan. “Tradisi ini adalah warisan nenek moyang yang mengandung nilai spiritual, sosial, dan budaya. Tak hanya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, tetapi juga mempererat silaturahmi antarwarga dan membangun kepedulian terhadap lingkungan sekitar,” ucapnya.
Warga Dusun Tetep menyambut acara ini dengan penuh semangat. Selain menjadi ajang syukuran dan silaturahmi, momen ini juga menjadi waktu untuk kembali menyatu dengan akar budaya mereka.
Lanjutkan dengan Tari Gambyong
Sebagai bagian dari rangkaian tradisi Saparan, masyarakat Dusun Tetep akan menggelar Pentas Tari Gambyong pada Rabu Pon (30 Juli 2025) mendatang. Tarian khas Jawa ini akan menjadi simbol penutup dari seluruh rangkaian tradisi Merti Dusun, sekaligus bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur.
Dengan semangat pelestarian budaya yang kental dan keterlibatan aktif seluruh unsur masyarakat, kegiatan Dawuhan Dandan Kali Sendang Gambir bukan sekadar perayaan, tetapi juga pernyataan: bahwa tradisi adalah ruh kehidupan yang tetap relevan, bahkan di tengah arus modernisasi. (*)
Tinggalkan Balasan