Pasca Dikeroyok Oleh Anak Kades, Pandu Keluhkan Pusing dan Mual

Pandu saat menjalni pemeriksaan di unit IGD RSUD Kota Salatiga, Selasa (11/06/2019). (Foto: dok. istimewa/RD)

Ungaran, beritaglobal.net – Bukan hanya babak belur karena dikeroyok, Pandu Nirwana (20) seorang pemuda warga Dusun Bendo RT 03 RW 03 Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, pada Senin (10/06/2019) dini hari kemarin, Pandu mengeluh sering pusing dan mual kepada rekan – rekannya.

Saat di temui beritaglobal.net, Selasa (11/06/2019), Pandu menuturkan, perihal kejadian pengeroyokan. Saat ia bersama teman – temannya sedang duduk bersama (kongkow). Saat itu pelaku berinisial WD yang di ketahui anak seorang Kepala Desa di Kabupaten Semarang mengendarai motor ugal – ugalan. WD ditegur oleh teman – teman. Mendengar teguran tersebut, WD yang diduga dalam kondisi mabuk itu berhenti dan mengancam jika akan datang kembali dengan mengajak teman – temannya.

Baca Juga:  Sri Mulyani Paparkan Empat Kontribusi Kebijakan Fiskal Kemenkeu

“Setelah sempat berhenti, WD pergi dan mengancam, tunggu saya nanti kembali. Tak selang berapa lama WD kembali bersama rombongan kurang lebih 10 orang dan langsung mengeroyok teman saya bernama Joko. Melihat kondisi tersebut, saya keluar bermaksud untuk melerai, namun justru saya di pukul dan di injak – injak,” terang Pandu.

Lanjut Pandu, terkait persoalan tersebut kemarin sudah dimusyawarah dan dibuatkan surat perjanjian, namun hanya sebatas perjanjian saja. Namun demikian dirinya tidak memegang surat perjanjian tersebut.

“Kemarin sudah dibuatkan perjanjian oleh kakak WD yang juga anggota polisi berdinas di Polres Salatiga dan surat pernyataan damai tersebut di bawanya,” imbuhnya.

Pasca kejadian tersebut Pandu mengaku sering merasakan mual dan pusing serta muntah. “Karena badan terasa tidak enak, saya periksa ke RSUD Salatiga,” tuturnya.

Baca Juga:  Kapolres Kota Magelang Beberkan Aksi Empat Sekawan Spesialis Gendam

Dan untuk persoalan ini, dari hasil musyawarah dan saran dari teman organisasi berencana akan lapor ke Polisi.

“Ia tadi saya di sarankan oleh Ketua saya untuk lapor Polisi jika tidak ada tanggung jawab yang jelas dari para pelaku. Selanjutnya saya serahkan dengan teman – teman organisasi dan kuasa hukumnya,” ucap Pandu.

Terpisah, salah satu tokoh dimana WD tinggal, Grahito, saat dikonfirmasi beritaglobal.net melalui pesan WhatsApp terkait peristiwa pengeroyokan tersebut menyatakan bahwa, “Siang juga…saya kurang tau bapak, saya sekarang (berdinas) di Kecamatan dan dirumah juga ndak dengar berita hal itu…nuwun,” jawab Grahito.

Sementara dari informasi di himpun dari beberapa saksi menyebutkan, WD bersama teman – teman kurang lebih berjumlah 10 orang tersebut warga Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dan untuk peristiwa pengroyokan tersebut terjadi di Dusun Bendo, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Baca Juga:  Agen Perubahan: Santri Warnai Perguruan Tinggi, Pergeseran Pesantren Tradisional Menuju Pesantren Modern

Hingga berita ini diturunkan, pihak para pelaku belum bisa di konfirmasi.

Presiden Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) SIDAK Agus Subekti menuturkan, pihaknya sangat menyayangkan peristiwa pengroyokan tersebut. Terlebih para pelaku diduga dalam kondisi mabuk.

“Nanti rencananya tim divisi hukum kita akan mendampingi korban untuk melapor ke Polisi. Saat ini kita masih menunggu itikad baik dari para pelaku, meskipun sudah ada pernyataan damai namun menurut saya kurang pas. Apalagi saat ini korban mengeluhkan pusing dan muntah. Di kawatirkan ada luka dalam akibat pengeroyokan tersebut,” tandasnya. (Fera Marita/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!