Raja Logistik Dunia Berawal dari Laut Nusantara: Indonesia Siap Menjadi Powerhouse Maritim Global
JAKARTA | SUARAGLOBAL.COM — Potensi besar Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kekayaan maritim luar biasa kembali menjadi sorotan di tengah dinamika perdagangan dan logistik global. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan posisi geografis strategis di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, Indonesia sesungguhnya telah duduk di poros jalur perdagangan dunia. Namun, tantangan sesungguhnya adalah bagaimana potensi tersebut bisa dikonversi menjadi kekuatan nyata sebagai raja logistik global.
“Dengan jalur laut yang dilewati lebih dari 40 persen perdagangan dunia, kita ini sebenarnya sudah di tengah meja perdagangan internasional. Tinggal bagaimana kita memposisikan diri sebagai pemain utama, bukan hanya penonton,” ujar Andre Vincent Wenas, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), dalam pernyataan persnya, Senin (30/6/25).
Tiga Pilar Menuju Dominasi Logistik
Menurut Wenas, kunci menuju dominasi logistik global terletak pada tiga fondasi utama:
1. Pembangunan pelabuhan bertaraf internasional
2. Sistem logistik nasional yang terintegrasi
3. Kebijakan pemerintah yang berpihak pada efisiensi dan daya saing
Pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuh pelabuhan utama sebagai calon hub logistik internasional:
Tanjung Priok (Jakarta)
Tanjung Perak (Surabaya)
Belawan/Kuala Tanjung (Sumatera Utara)
Pelabuhan Kijing (Kalimantan Barat)
Makassar (Sulawesi Selatan)
Bitung (Sulawesi Utara)
Sorong (Papua Barat)
Namun, jika dibandingkan dengan pelabuhan kelas dunia seperti Port of Singapore Authority (PSA) yang mampu menangani hingga 60 juta TEUs per tahun, kapasitas pelabuhan Indonesia masih tertinggal cukup jauh.
Data perbandingan kapasitas saat ini:
Tanjung Priok: 7 juta TEUs (target ekspansi 11 juta TEUs)
Belawan: sekitar 700 ribu TEUs
Bitung: 1,5 juta TEUs
Sorong: 50 ribu TEUs
Pelabuhan Kijing: kapasitas awal 500 ribu TEUs, target 1,95 juta TEUs
“Kalau kita ingin bersaing, kita harus lebih cepat, lebih efisien, dan lebih murah. Semua itu hanya bisa dicapai kalau pelabuhan kita punya kapasitas besar, turnaround time rendah, dan terhubung dengan hinterland-nya,” lanjut Wenas.
Tol Laut hingga Hilirisasi Industri
Transformasi sektor logistik sebenarnya sudah dirintis sejak era pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui proyek Tol Laut, pembangunan jaringan pelabuhan terpadu, serta koneksi darat-laut lewat jalan dan rel logistik nasional. Pemerintahan saat ini di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berambisi melanjutkan program tersebut dengan pendekatan lebih agresif.
Target ambisius pemerintah kini adalah pertumbuhan ekonomi 8 persen, didorong oleh hilirisasi industri dan peningkatan efisiensi logistik nasional.
“Pelabuhan tidak lagi boleh hanya jadi tempat bongkar muat. Harus berubah menjadi simpul perdagangan, pusat distribusi barang, dan motor penggerak ekonomi kawasan,” tegas Wenas.
Keamanan Maritim: Syarat Mutlak
Selain infrastruktur, keamanan laut menjadi kunci penting dalam mendukung stabilitas jalur logistik. Indonesia saat ini telah memiliki tiga Komando Armada (Koarmada I, II, dan III) yang tersebar di wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia. Ketiganya berperan vital menjaga jalur pelayaran dari ancaman perompakan, penyelundupan, hingga ancaman non-tradisional lainnya.
Dengan pengamanan laut yang memadai, pelabuhan yang ditingkatkan secara teknologi dan kapasitas, serta konektivitas antarpulau yang makin solid, Indonesia dipandang siap mengambil peran sebagai kekuatan logistik utama di Asia, bahkan di panggung global.
Dari Negara Kepulauan ke Kekuatan Laut Dunia
Indonesia saat ini mencatatkan PDB nasional tahun 2024 sebesar Rp 22.139 triliun, dengan PDB per kapita mencapai USD 4.960. Artinya, Indonesia sudah masuk fase transisi menuju status negara maju. Transformasi maritim dan penguasaan jalur logistik global dinilai akan menjadi salah satu faktor pendorong utama dalam proses tersebut.
“Laut Nusantara bukan sekadar pemisah pulau, tapi penghubung kekuatan ekonomi. Indonesia tidak hanya kaya laut, tapi bisa menjadi penguasa laut. Raja logistik dunia dimulai dari sini,” pungkas Wenas dengan nada optimistis. (N Indrawati)
Tinggalkan Balasan