Seminar Mediapreneur Surabaya: Di Tengah Banjir Informasi, SMSI Surabaya Ingatkan Jurnalis Tetap Jaga Etika dan Akurasi
Laporan: Iswahyudi Artya
SURABAYA | SUARAGLOBAL.COM – Derasnya arus informasi di era digital melahirkan tantangan baru bagi dunia pers. Media tak lagi cukup hanya mengandalkan kecepatan, melainkan juga dituntut menjaga kualitas agar tetap dipercaya publik. Pesan itu mengemuka dalam Seminar Mediapreneur bertajuk “Jurnalis Berkualitas dan Berkelanjutan” yang digelar di Hotel Santika Premiere Gubeng, Surabaya, Kamis (25/9/2025).
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama: Agus Sulistiyono (CEO Promedia Teknologi Indonesia), Dr. Guntur Syahputra Saragih (Komite Publisher Rights), dan Ilona Juwita (CEO Props serta praktisi digital advertising). Puluhan jurnalis, pemilik media, dan pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Surabaya turut hadir, menjadikan forum ini sarana refleksi bersama terhadap masa depan industri media.
Jurnalis Harus Jaga Mutu di Tengah Banjir Informasi
CEO Promedia Teknologi Indonesia, Agus Sulistiyono, menekankan bahwa keberlangsungan media sepenuhnya ditentukan oleh kualitas konten yang dihasilkan.
“Selama manusia membutuhkan informasi, media tetap punya masa depan. Tapi syaratnya harus berkualitas dulu, baru bisa berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menyebut fenomena “tsunami konten” akibat ledakan informasi digital sebagai ujian serius bagi jurnalis. Dalam kondisi ini, menjaga etika, akurasi, serta kedalaman berita menjadi kunci agar media tidak terjebak sekadar mengejar klik atau viral semata.
Ketimpangan Media Daerah Masih Nyata
Isu lain datang dari Dr. Guntur Syahputra Saragih yang menyoroti lemahnya ekosistem media daerah. Menurutnya, banyak media lokal terpaksa mengurangi fungsi kritisnya karena terbatasnya sumber daya manusia, infrastruktur, hingga anggaran iklan.
“Media adalah pilar keempat demokrasi. Negara dan platform digital seharusnya ikut menopang agar ekosistem lebih seimbang,” tegasnya.
Dominasi Iklan Digital, Tantangan Baru Media Lokal
Sementara itu, Ilona Juwita menyoroti dinamika periklanan global. Data tahun 2025 menunjukkan belanja iklan digital mencapai 72,3% dari total belanja iklan dunia, dengan rincian: retail media (21,9%), paid social (16,8%), online video (8%), dan programmatic advertising (11%).
“Iklan digital kini menjadi tulang punggung industri periklanan dunia,” jelasnya.
Namun, dominasi tersebut menghadirkan tantangan bagi media lokal Indonesia. Persaingan tidak hanya antar media, tetapi juga dengan raksasa digital global.
Ilona menambahkan, perubahan algoritma Google pertengahan 2025 membuat banyak media kecil-menengah kehilangan hingga 40% trafik. Dampaknya, pendapatan iklan ikut anjlok.
“Kita harus belajar tidak terlalu bergantung pada satu platform,” pesannya.
Strategi Bertahan: Dari Podcast hingga Kolaborasi
Untuk menghadapi gelombang persaingan, Ilona menawarkan empat strategi yang bisa diadopsi media lokal:
1. Mengoptimalkan konten video dan audio online, termasuk podcast.
2. Membangun komunitas pembaca setia untuk memperkuat loyalitas audiens.
3. Memanfaatkan programmatic advertising secara tepat untuk mendukung monetisasi.
4. Berinovasi melalui kolaborasi lintas media agar posisi tawar semakin kuat.
Penutup: Kualitas dan Kolaborasi Jadi Kunci
Diskusi yang dipandu oleh moderator Agil menegaskan satu kesimpulan penting: di tengah derasnya tsunami konten, media tidak bisa hanya mengandalkan kecepatan dan trafik. Kualitas, kredibilitas, dan kolaborasi adalah fondasi utama yang harus dijaga agar media tetap mampu bertahan sekaligus berkembang di tengah persaingan digital yang semakin kompleks. (*)
Tinggalkan Balasan