TAS PRIMA Diproyeksikan Jadi Model Nasional Pengasuhan Alternatif Anak, Dirjen Rehsos Tegaskan Dukungan Penuh
Laporan: Yuanta
JAKARTA | SUARAGLOBAL.COM – Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial memberikan dukungan penuh terhadap inovasi Taman Anak Sejahtera Profesional, Responsif, Inklusif, Modern, dan Adaptif (TAS PRIMA) yang digagas sebagai rintisan model nasional layanan pengasuhan alternatif anak di Indonesia.
Dukungan tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Supomo, dalam video tapping sebagai mentor seminar Rancangan Proyek Perubahan (RPP) yang disusun oleh Mas Kahono Agung Suhartoyo, Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, dalam rangka Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan XXIII.
Dalam arahannya, Supomo menegaskan bahwa anak adalah aset utama pembangunan bangsa. “Keberhasilan Indonesia Emas 2045 ditentukan oleh generasi muda yang sehat, cerdas, berkarakter, dan terlindungi sejak usia dini. Karena itu, pemenuhan hak anak atas pengasuhan, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan merupakan tanggung jawab bersama negara, masyarakat, dan keluarga,” ujarnya.
Selaras dengan Paradigma Care Economy
Supomo menjelaskan bahwa pengembangan TAS PRIMA sejalan dengan paradigma care economy. Layanan pengasuhan, katanya, tidak hanya berfungsi sebagai instrumen sosial, tetapi juga menjadi fondasi penting pertumbuhan ekonomi nasional.
“TAS PRIMA dirancang untuk menjawab kebutuhan tersebut melalui tiga dimensi utama. Pertama, PRIMA Tata Kelola yang menitikberatkan pada regulasi, akreditasi, dan penguatan kelembagaan. Kedua, PRIMA Layanan dengan pendekatan holistik mencakup kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan kesejahteraan anak. Ketiga, PRIMA SDM yang berfokus pada pembangunan kapasitas berkelanjutan bagi pengasuh, pekerja sosial, dan pendidik anak usia dini,” paparnya.
Tiga Kunci Sukses Implementasi
Lebih lanjut, Dirjen menekankan tiga kunci penting untuk memastikan keberhasilan TAS PRIMA. Pertama, aspek keberlanjutan yang harus dijamin melalui dukungan regulasi serta pendanaan yang konsisten. Kedua, kolaborasi pentahelix melibatkan pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat sipil, dan media. Ketiga, penguatan SDM agar layanan pengasuhan semakin profesional, responsif, dan adaptif terhadap kebutuhan anak.
“Dengan desain tersebut, TAS PRIMA tidak hanya memberi perlindungan dan stimulasi tumbuh kembang anak, tetapi juga berkontribusi langsung pada pembangunan care economy nasional. Saya percaya TAS PRIMA akan menjadi model nasional yang memperkuat perlindungan anak sekaligus meningkatkan produktivitas masyarakat,” tegas Supomo.
Apresiasi untuk Inisiator
Menutup arahannya, Supomo memberikan apresiasi tinggi kepada Mas Kahono Agung Suhartoyo atas dedikasi dan kerja keras dalam menyusun RPP tersebut. Ia berharap agar TAS PRIMA dapat diwujudkan sebagai kebijakan nasional yang berdampak luas, tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
“Selamat atas inisiatif dan kerja keras Saudara Kahono. Semoga TAS PRIMA dapat menjadi tonggak baru dalam penguatan pengasuhan alternatif anak di Indonesia, serta mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas 2045,” pungkasnya. (*)
Tinggalkan Balasan