Bocah – Bocah Lucu Sambut Pengunjung di Desa Menari
- account_circle Redaksi SG
- calendar_month Sen, 11 Mar 2019
- comment 0 komentar
![]() |
Tari Jenaka Bocah Seniman Desa Mandiri di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. (Foto: Dok. Istimewa/KHM) |
Ungaran, beritaglobal.net – Berkunjung wisata ke Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang saat hari mulai sore memang terasa cukup dingin. Saat pintu kendaraan yang mengantarkan rombongan terbuka dan kaki menginjak tanah dusun yang berpenghuni 37 kepala keluarga tersebut, spontan kedua tangan menangkup mendekap dada. Wajar, karena Dusun Tanon berada di dataran tinggi, tepatnya di lereng Gunung Telomoyo.
Namun, hawa dingin khas pegunungan ini mencair, tatkala rombongan tamu wisata yang berkunjung ke Dusun Tanon ini disambut oleh bocah – bocah dusun yang menyuguhkan tarian Warok Cilik, tari jenaka dan tari Topeng Ayu. Terlebih, saat melewati pintu masuk pakuwon, semua tamu mendapat bagian secangkir wedang secang hangat dan sawut teloroso.
![]() |
Bocah seni Desa Menari memberi sambutan pada pengunjung, saat adakan one day tour di Dusun Tanon. (Foto: Dok. istimewa/KHM) |
Tak hanya anak – anak, bahkan balita dusun setempat pun dengan polos dan lugunya ikut nimbrung menari. Kecerian dan tingkah lucu yang ditampilkan anak – anak di Dusun Tanon itu pun seakan menghipnotis pengunjung untuk gembira dan membangkitkan semangat baru. Hingga tak terasa, beberapa pengunjung mulai menanggalkan jaket dan ikut serta menari.
Sebagaimana diungkapkan Ny. Ponco, selaku ketua rombongan one day tour Ikatan Wanita Perbankan (IWABA) Semarang, mengaku sangat terkesan saat ia bersama rombongan berjumlah 73 orang anggota IWABA berkunjung ke Dusun Tanon dalam rangkaian jelajah desa wisata, Jumat (08/03/2019) lalu. Suguhan kesenian melestarikan kebudayaan daerah yang ditampilkan bocah – bocah dusun tersebut dinilai sangat menarik, didukung dengan kesejukan alami pedesaan dan lingkungan yang bersih.
“Kami bersama seluruh anggota IWABA Semarang yang berjumlah 73 orang ini ke sini dalam rangka one day tour. Menyenangkan sekali. Anak – anak kecilnya sangat lucu dan luwes mengenalkan budaya daerah dan mengajak menari. Komunikasi dengan pengunjung juga sangat bagus dan lingkungannya bersih,” terangnya, usai foto bersama dengan para penari Topeng Ayu.
![]() |
Anggota IWABA Semarang berfoto bersama penari Topeng Ayu di Desa Menari, Dusun Tanon, Jumat (08/03/2019). (Foto: Dok. Istimewa/KHM) |
Peran Sarjana Membangun Desa
Warga Dusun Tanon yang selalu menjaga peradaban leluhur dan nguri – uri budaya kesenian tari yang diwariskan oleh nenek moyang merupakan kekuatan untuk mengangkat mereka yang sebagian besar buta huruf, tetap eksis di era millenial ini. Dusun Tanon memang telah menggaungkan diri sebagai Desa Menari, bahkan menyiapkan paket “Tour Plus Education” dan “Home stay Komunitas”.
Siapa sangka, jika sebuah dusun yang telah dikunjungi puluhan ribu wisatawan domestik dan mancanegara ini awalnya hanyalah dusun yang biasa saja, bahkan tak ada istimewanya sama sekali dibandingkan dengan dusun atau desa lain di Jawa Tengah. Hingga akhirnya, Trisno, satu – satunya pemuda yang mau sekolah dan lulus perguruan tinggi, memutuskan untuk kembali ke desanya, Tanon. Meskipun ia mendapat tawaran beasiswa belajar ke tingkat yang lebih tinggi. Ia bertekad ingin memajukan desanya yang terletak di kaki Gunung Telomoyo tersebut dan ia merupakan salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU) Awards pada tahun 2015.
“Saya sebetulnya mendapat beasiswa dari ASTRA untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, tapi saya usul uangnya saya minta untuk mengembangkan potensi yang ada di Dusun Tanon ini dan Alhamdulillah disetujui,” ujar Trisno.
Sebagaimana diungkapkan Trisno yang akrab disapa Kang Tris, dulu, penduduk di kampung kelahirannya di Dusun Tanon, Desa Ngrawan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang itu dikenal tidak berpendidikan dan miskin. Bahkan, banyak orangtua dari desa tetangga yang melarang anaknya menikah dengan warga dusun tersebut. Warga Desa Ngrawan masih memegang tradisi kuat sejak zaman dulu kala, yaitu berekspresi melalui kesenian. Walaupun mata pencaharian petani dan peternak, warganya konsisten mengikuti kegiatan karawitan dan ketoprak. Itulah yang kemudian ditawarkan Kang Tris kepada pengunjung domestik dan mancanegara sebagai brand, Desa Menari. Ia ingin meningkatkan bidang pariwisata di desanya, dan berhasil meraih juara 1 Kampung Berseri Astra Innovation (KBA Innovation).
Cita – cita Kang Tris tersebut mendapat sambutan dan dukungan bagus dari warga. Guna menunjang komunikasi warga dengan pengunjung, Kang Tris menggandeng mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi untuk mengajarkan baca tulis dan bahasa asing secara cuma – cuma kepada warga, bahkan yang berusia lanjut. Salah satu wujud dukungan warga ditunjukkan dengan giatnya mereka berlatih tari. Warga sudah mengenalkan beberapa alat musik tradisional dan tarian kepada anak – anak sejak mereka masih balita.
![]() |
Salah satu anak balita di Dusun Tanon, yang ikut menari meniru kakak – kakaknya saat menari.
|
Masyarakat Tanon berkembang dalam rumpun keluarga dari keturunan Ki Tanuwijoyo yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan peternak. Namun demikian, di Dusun Tanon Desa Ngrawan banyak menyimpan potensi yang jika dieksplorasi akan menjadi potensi yang bisa menjadi potensi kekayaan lokal terutama dalam menjaga tata cara tradisi leluhurnya. Menurut cerita tokoh masyarakat keturunan Ki Tanuwijoyo, dusun Tanon merupakan masyarakat yang gemar berkesenian. Sejak era jayanya ketoprak klasik, mayoritas masyarakat dusun tanon terlibat baik sebagai pemain ketoprak maupun dalam kelompok karawitan. Seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, maka mempengaruhi meredupnya kesenian ketoprak masyarakat dusun tanon dan menyerap kesenian tradisi lain.
Melihat darah seni yang mengalir di masyarakat, akan menjadi pintu masuk yang sangat tepat untuk menggali kembali potensi kesenian yang ada dan terkelola dengan baik seperti Pagelaran Kuda Kiprah Malam, wellcome dance Topeng Ayu, Kuda Debog. Dari kalangan muda juga mulai muncul benih – benih bagaimana mengolah potensi alam yang ada menjadi komoditi industri kreatif, sehingga memunculkan ide pengolahan susu sapi hasil budidaya masyarakat menjadi sabun susu dan minuman yang kaya nutrisi. Potensi pertanian yang dipadukan dengan peternakan kedepan menjadi media eksplorasi yang terus dikembangkan untuk memajukan sisi perekonomian masyarakat dusun Tanon. Sehingga homogenitas mereka diharapkan tetap terjaga sebagai masyarakat yang menekuni kesenian dan produktif secara material.
![]() |
Bocah seniman Desa Menari sedang berlatih tari reog Jaran Debog. (Foto: Dok. Pribadi/Tris) |
Dengan memanfaatkan momen 21 April, seluruh warga masyarakat dusun Tanon melakukan peringatan Hari Kartini dengan melakukan kirab budaya sekaligus peringatan bangkitnya Dusun Tanon sebagai Embrio Desa Wisata di wilayah Desa Ngrawan. Dipilihnya tanggal 21 April, terinspirasi perjuangan Ibu Kartini dan inspirasi monumentalnya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Mereka bersepakat untuk meninggalkan sisi gelap (keterbelakangan secara SDM dan pendapatan) menuju sisi terang (kemajuan, kemandirian dan kemakmuran) dengan tetap berusaha mempertahankan sisi orisinalitas yang ada.
Dalam waktu dekat di pertengahan bulan Maret ini, Kang Tris mulai menggagas Sekolah Desa Jawa Tengah dengan slogan “Bergerak Dari Desa”. Dalam hal ini, ia menggandeng Serikat Paguyuban Petani Thoyibah (SPPQT) Salatiga yang sudah terlebih dulu menerapkan sekolah alam. Pada edisi perdana, Sekolah Desa Jawa Tengah ini akan belajar dari dasar tentang desa dengan segala potensi dan permasalahannya, serta memahami urgensi mengapa anak muda harus bergerak dari desa. Selain menghadirkan SPPQT yang telah berhasil membangun kemandirian desanya, Kang Tris juga menggandeng Rivo Pahlevi (program ‘Indonesiaku’ Trans7) untuk berbagi cerita mengenai benang merah permasalahan desa di Indonesia. “Kami mendapat dukungan penuh dari teman – teman penggerak desa dari Merbabu, Boyolali dan sekitarnya berkolaborasi dengan Karang Taruna Tri Bakti Desa Ngrawan. Sekolah Desa Jawa Tengah ini diharapkan mampu menjadi embrio jaringan pemuda desa di Jawa Tengah,” tandasnya. (Khamim)
- Penulis: Redaksi SG
Saat ini belum ada komentar