Geliat Pesona Anthurium Turut Mendongkrak Maraknya Pasar Tanaman Hias
![]() |
Ragam jenis tananam anthurium hasil budidaya petani tanaman hias di Kabupaten Karanganyar. (Foto: Dok. istimewa/ASB) |
KARANGANYAR, Beritaglobal.Net – Pernah mengalami masa kejayaan di medio tahun 2005 hingga 2014, jenis tanaman hias Anthurium masih memiliki pesona dimata para kolektor dan pecinta tanaman hias. Hal ini tampak pada aktivitas para pembudidaya tanaman Anthurium di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Dari data dihimpun beritaglobal.net, Minggu (16/08/2020), dari tiga pembudidaya tanaman hias Anthurium, masih ada variant Anthurium yang memiliki harga fantastis. Diantaranya Anthurium Mangkok Karakter yang sering diberi nama Grand Pa yang mulai mencuat namanya di tahun 2010 lalu.
“Saya mulai membudidayakan Anthurium di tahun 2005 silam. Sudah merasakan juga menjual satu pot tanaman Anthurium hingga di angka Rp 90 juta, di tahun 2007 untuk anthurium jenis kobra,” ungkap Pardi (55), pembudidaya tanaman hias saat ditemui di kediamannya di RT 06 RW 26 Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Minggu (16/08/2020).
“Untuk suka duka saat membudidayakan Anthurium adalah saat pergantian musim. Disamping itu adalah bagaimana memijahkan tanaman sesuai dengan kondisi tempat tinggal kita. Seperti tempat saya ada di tempat panas, saya memijahkan anthurium dengan metode vegetatif,” imbuhnya.
Menurut Pardi, pemijahan dengan cara vegetatif atau dengan stek batang lebih cepat dibanding dengan pemijahan dari mulai biji.
“Untuk waktu memijahkan kisaran 6 bulan hingga 1 tahun. Itupun tergantung dari cara kita merawat tanaman yang kita pijahkan,” tuturnya.
Saat ini, dijelaskan oleh Pardi, anthurium dengan karakter kuat yang masih bertahan dan memiliki pasar terbuka. Selain itu, kondisi pencabangan atau yang diistilahkan oleh para pembudidaya anthurium dengan istilah roset, juga menjadi penentu nilai jual tanaman hias.
Selain Pardi, Lilik dan Aris Suharto (50), yang juga pembudidaya anthurium kawakan di wilayah Solo Raya, menyampaikan hal senada dengan Pardi.
“Sebetulnya, penilaian teman – teman terhadap saya yang menganggap saya master penyilangan, itu hanya kebetulan saja. Kebetulan saya tinggal di daerah Tawangmangu, yang iklimnya dingin dan cocok untuk pemijahan anthurium dengan teknik silang,” ungkap Aris.
“Untuk proses penyilangan serbuk sari dan tongkol bunga yang mengeluarkan madu dilakukan di pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB,” jelasnya.
Ditambahkan Aris, diwaktu tersebut, proses fotosintesa tumbuhan sedang berjalan. Untuk pengembangan secara generatif, di iklim dingin akan lebih efektif dibanding di daerah beriklim panas.
Geliat pasar anthurium, masih menurut Aris dirasakan terjadi sejak kurun waktu 3 bulan terakhir. Hal ini juga di dorong oleh maraknya pasar tanaman hias seperti aglonema dan philo.
“Saat ini, pasar tidak seperti jaman tahun 2007, karena stok barang sudah seimbang dengan permintaan pasar, dan ini bagus untuk petani karena harga stabil,” paparnya.
Namun demikian, dari tahun 2007 lalu, masih ada jenis anthurium yang harganya masih tinggi, seperti halnya jenis anthurium mangkok varigata.
Investasi Menguntungkan
Saat ini harga anthurium cenderung naik, dan bagus untuk alternatif investasi bagi orang – orang yang memasuki masa – masa purna tugas.
“Saat ini, kestabilan harga karena bukan banyak kolektor. Sekarang ini banyak konsumen yang berpandangan membudidayakan tanaman hias untuk investasi. Mereka akan mendapatkan keuntungan yang lumayan,” terang warga Lurah, Tawangmangu.
Aris berpesan untuk pembudidaya pemula untuk lebih hati – hati saat bertransaksi secara online. Dan yang mendasar, tanamkan rasa senang saat menjalani budidaya tanaman hias.
“Jangan tergiur dengan harga murah, hati – hati saat bertransaksi. Dimasa pandemi ini akan lebih nyaman bertransaksi via online. Namun saat bertransaksi online harus memahami betul tentang tanaman,” imbuhnya.
Dirinya mencontohkan, bila ada pemula yang akan membudidaya anthurium harus tahu induknya. “Contoh seperti anthurium jenis mangkok, anakan yang tanaman hias ini akan bisa dilihat seperti inangnya saat usia remaja dimana jumlah daun sekitar ada 10 lembar,” ungkap Aris.
Harapan Pembudidaya Tanaman Hias
Baik Aris, Pardi dan Lilik, berpesan kepada masyarakat, bila saat ini menekuni tanaman hias, jangan bosan saat harga tidak seperti yang diharapkan. Tetap merawat tanaman, karena harga akan bisa naik secara signifikan dalam waktu – waktu tertentu.
“Untuk para pecinta tanaman hias pemula, jangan bosan merawat tanaman saat harga turun. Karena kondisi tanaman biar tetap terjaga dan pasar tidak vakum (kosong-red). Kami akan selalu mengembangkan variant dan mencoba menyemarakkan harga tanaman hias untuk bisa jadi raja di negeri sendiri,” pungkasnya. (Agus/Indra)
Tinggalkan Balasan