Sukses Berbisnis di Kandang: Samsudin Warga Kadirejo Ubah Lahan Sempit Jadi Ladang Melon Premium Hidroponik
Laporan: W Widodo
UNGARAN | SUARAGLOBAL.COM – Kemajuan teknologi pertanian terus membawa perubahan positif bagi para petani lokal, termasuk Samsudin, warga Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berkat sistem tanam hidroponik, Samsudin berhasil mengubah lahan samping kandang sapinya menjadi lahan produktif untuk budidaya melon premium. Dengan lahan seluas 180 meter persegi, Samsudin mampu menghasilkan 7 kwintal melon setiap panen, dengan omzet yang mencapai belasan juta rupiah.
Saat ditemui di greenhouse miliknya, yang diberi nama Mitrafarm, Samsudin mengaku tertarik membudidayakan melon setelah bertemu dengan teman-temannya di komunitas petani melon, cabai, dan bunga. “Awalnya, saya sering diskusi dengan teman-teman komunitas. Mereka menceritakan potensi bisnis melon yang sangat menggiurkan. Akhirnya, pada awal tahun 2024, saya memutuskan untuk membangun greenhouse ini,” kata Samsudin.
Samsudin menyadari bahwa wilayahnya, yang sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, membutuhkan teknologi pertanian yang tidak bergantung pada cuaca. Ia pun memilih sistem hidroponik agar bisa menanam melon sepanjang tahun tanpa harus menunggu musim hujan.
“Sistem hidroponik memungkinkan kami menanam kapan saja tanpa tergantung musim. Kami menggunakan air dari sumur sendiri untuk pengairan tanaman, jadi lebih efisien,” terangnya.
Dengan hidroponik, Samsudin bisa melakukan empat kali panen dalam satu tahun. Selain itu, biaya perawatan juga lebih hemat, karena tanaman dilindungi dari hama dan penyakit tumbuhan yang biasa menyerang lahan konvensional. “Perawatan lebih mudah. Kita tidak perlu insektisida yang banyak karena tanaman berada di lingkungan yang lebih steril,” tambahnya.
Samsudin juga menciptakan inovasi dalam memasarkan hasil tanamannya. Melalui konsep wisata petik melon, ia mengundang konsumen untuk datang langsung ke kebunnya dan memetik sendiri melon yang mereka inginkan. “Pemasaran tidak sulit. Kami hanya menginformasikan di grup WhatsApp, dan dalam dua jam saja, seluruh hasil panen sudah habis terjual,” jelasnya.
Harga yang ditawarkan juga terbilang kompetitif, yaitu Rp 25.000 per kilogram. “Konsumen bisa memilih dan memetik sendiri melonnya. Di supermarket harganya bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram,” ungkapnya.
Dalam greenhousenya, Samsudin menanam 700 pohon melon dari tiga varietas unggulan, yaitu Golden Kinanti, Golden Kirani, dan Adinda. Agar kualitas buah tetap terjaga, ia membatasi setiap pohon untuk menghasilkan hanya satu buah saja. “Kami membatasi satu pohon satu buah supaya kualitasnya maksimal, dengan berat melon antara 1,3 hingga 2 kilogram,” ujarnya.
Samsudin menekankan bahwa meskipun hidroponik memberikan banyak kemudahan, petani harus tetap teliti dalam merawat tanaman, terutama dalam menjaga pH air dan kandungan pupuk. “Yang perlu diperhatikan itu kualitas air. Dan ada sedikit tantangan kalau listrik mati, karena sistem pompa air otomatis berhenti, jadi harus siap dengan genset cadangan,” katanya.
Melihat prospek yang semakin cerah, Samsudin berencana untuk memperbesar greenhousenya dan menjangkau lebih banyak petani di wilayahnya. Ia ingin berbagi pengalaman dan mengajak para petani lain untuk menanam tanaman bernilai tinggi seperti melon premium.
“Ke depannya, saya ingin memperbesar greenhouse dan mengajak petani lain untuk ikut menanam tanaman dengan nilai jual tinggi. Melon ini punya potensi besar, dan saya yakin bisa membawa keuntungan bagi para petani,” tutupnya dengan penuh optimisme.
Salah satu pengunjung, Arief Syarifudin, menyatakan apresiasinya terhadap metode penanaman melon menggunakan sistem hidroponik. Menurutnya, metode ini memiliki keunggulan karena tidak membutuhkan lahan yang luas serta tidak terbatas oleh musim.
“Jadi musim apapun tetap bisa tanam dan panen,” ujar Arief, pria asal Tengaran yang dikenal lewat akun TikTok @katamantan.
Arief juga menambahkan bahwa rasa buah melon yang dihasilkan sangat nikmat dan manis. “Manis dan segar, seperti manisnya kata mantan,” canda Arief, menunjukkan kepuasannya terhadap hasil panen melon hidroponik tersebut. (*)
Tinggalkan Balasan