Ngasak: Tradisi Buruh Padi di Sragen dan Ngawi, Perjuangan Sukardi dan Sutarni di Ladang Kehidupan

Laporan: Budi Santoso

NGAWI | SUARAGLOBAL.COM – Sepasang suami istri, Sukardi (65) dan Sutarni (50), warga Dusun Geneng, Desa Bumiaji, Kecamatan Sambung Macan, Kabupaten Sragen, telah lama menekuni pekerjaan sebagai buruh Ngasak, yakni mengumpulkan sisa padi pasca panen dari ladang petani. Meski hanya mengandalkan hasil sisa, pekerjaan ini cukup untuk menghidupi keluarga mereka.

Setiap musim panen tiba, pasangan ini berangkat pagi dan baru pulang sore hari. Mereka mengikuti pemborong padi, Jumingin, asal Sragen, serta rombongan pekerja lainnya yang menggunakan mesin perontok padi untuk berpindah dari satu sawah ke sawah lain di wilayah Sragen dan Ngawi.

Baca Juga:  Babinsa Kemlayan Perkuat Silaturahmi, Wujudkan Keamanan Wilayah Melalui Komsos

Dalam sehari, Sukardi dan Sutarni mampu mengumpulkan sekitar 30 hingga 40 kilogram gabah, yang jika dikumpulkan selama musim panen bisa mencapai 750 kilogram hingga satu ton gabah kering. “Ngasak ini adalah momen bahagia bagi kami, karena dari sinilah kami bisa mendapatkan rezeki,” ungkap Sutarni saat ditemui awak media di sawah milik Sahid, petani Dusun Ngemplak, Desa Ketanggung, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Selasa (4/3/2025).

Baca Juga:  Sinergi Polres dan Masyarakat Sampang Ciptakan Pilkada Damai, Kapolres Berikan Apresiasi di Sampang Bersholawat

Hal serupa juga dirasakan oleh Sriatun (52), warga Bumiaji, Sragen, yang turut mengais sisa padi di sawah. Baginya, hasil dari Ngasak cukup untuk membantu suaminya yang bekerja serabutan serta mencukupi biaya sekolah anak-anaknya. “Kami kumpulkan sedikit demi sedikit dari sawah ke sawah, lalu sebagian kami jual, dan sebagian lagi kami simpan untuk makan keluarga,” ujarnya.

Sementara itu, Sahid, pemilik sawah yang tengah dipanen, mengungkapkan bahwa hasil panen tahun ini mengalami penurunan akibat berbagai faktor, termasuk biaya operasional dan harga pupuk yang tinggi. “Hasil Ngasak Mbok Sutarni malah lebih banyak dari hasil panen saya sendiri,” ujarnya sambil berkelakar saat berbincang di sela istirahat.

Baca Juga:  Sidoarjo Raih Penghargaan K3: Bukti Komitmen Keselamatan Kerja di Jawa Timur

Tradisi Ngasak, meskipun sederhana dan sering kali dipandang sebelah mata, mencerminkan kekayaan budaya dan ketahanan hidup masyarakat di Sragen dan Ngawi. Di balik setiap butir padi yang dipungut, tersimpan kisah perjuangan, kerja keras, serta rasa syukur para buruh yang menggantungkan hidup dari sisa panen para petani. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!