Perang Uhud: Jejak Perjuangan di Kaki Jabal Para Syuhada
MADINAH | SUARAGLOBAL.COM – Membentang kokoh di utara Masjid Nabawi, sekitar enam kilometer dari pusat Kota Madinah, Jabal Uhud berdiri sebagai saksi bisu salah satu peristiwa paling mengguncang dalam sejarah awal Islam: Perang Uhud. Gunung setinggi 1.050 meter dan sepanjang tujuh kilometer ini bukan hanya menyimpan lanskap bebatuan granit, marmer merah, dan batu-batu mulia, tetapi juga menyimpan serpihan kisah perjuangan, pengorbanan, dan iman yang tak tergoyahkan.
Gunung yang kini menjadi destinasi utama ziarah bagi jamaah haji dan umrah ini dipercaya pernah didaki oleh Nabi Musa dan Nabi Harun untuk melihat wilayah yang kelak menjadi tempat tinggal Nabi Muhammad SAW—Nabi akhir zaman. Nilai spiritual Jabal Uhud tak hanya terpatri dalam bentang alamnya, tetapi juga dalam peristiwa heroik yang terjadi di lerengnya lebih dari 14 abad lalu.
Ziarah ke Jabal Uhud adalah ziarah ke dalam jiwa perjuangan Islam. Di tempat inilah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya menghadapi gelombang pasukan Quraisy dari Makkah dalam sebuah pertempuran sengit. Perang Uhud bukan sekadar pertempuran fisik, tapi ujian iman yang menentukan arah sejarah umat. Seandainya para sahabat saat itu binasa seluruhnya, sejarah manusia mungkin berbelok menuju kekacauan, tanpa pedoman, tanpa hukum, dan hanya berlandaskan hukum rimba.
Perang ini menyisakan luka, tetapi juga keteguhan. Sebanyak 70 sahabat gugur sebagai syuhada, termasuk pahlawan besar Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Jahsy. Sementara di pihak Quraisy, tercatat 30 korban tewas. Kisah mereka tak hanya dikenang, tapi terus hidup dalam setiap langkah para peziarah yang mendaki jalan setapak menuju kaki Jabal Uhud.
Di tengah kawasan Jabal Uhud terdapat dua makam utama yang ditandai dengan batu hitam—makam Sayyidina Hamzah dan Abdullah bin Jahsy. Sementara 68 syuhada lainnya dimakamkan dalam satu area berpagar, tenang tanpa tanda, namun sarat makna. Lokasi ini tak pernah sepi dari doa dan air mata haru, tempat umat Islam mengenang pengorbanan yang telah membuka jalan bagi tegaknya agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Tak jauh dari area utama, terdapat pula satu tebing yang dikenal sebagai Tebing Nabi Harun. Konon, di situlah Nabi Harun—yang menurut tradisi lokal disebut sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW—menghembuskan napas terakhir dalam keadaan sakit, lalu dimakamkan di antara sunyi dan sakralnya bebatuan Jabal Uhud.
Kini, Jabal Uhud bukan hanya sekadar gunung. Ia adalah lambang keteguhan, semangat juang, dan ketulusan iman. Setiap langkah menuju puncaknya adalah perjalanan batin, menyusuri jejak para syuhada, meresapi betapa Islam bukan diwariskan dengan kemewahan, melainkan ditegakkan dengan darah, pengorbanan, dan cinta yang tak bertepi kepada Allah dan Rasul-Nya.
Jabal Uhud mengajarkan bahwa iman bukan hanya untuk diucapkan, tetapi untuk diperjuangkan.
Tinggalkan Balasan