Menari Bersama Sang Polisi: Aipda Matroni Rajut Harkamtibmas Lewat Gerak Tradisi di Kota Magelang
- account_circle Redaksi SG
- calendar_month Kam, 1 Mei 2025
- comment 0 komentar

Laporan: Ady P
KOTA MAGELANG | SUARAGLOBAL.COM – Dalam dunia kepolisian, pendekatan terhadap masyarakat seringkali dilakukan melalui patroli, penyuluhan, atau kegiatan sosial. Namun, Aipda Matroni, anggota Polres Magelang Kota, menghadirkan cara unik dan inspiratif: menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (harkamtibmas) lewat seni tari.
Sejak kecil, Matroni sudah akrab dengan dunia kesenian. Kecintaannya terhadap seni tari bermula pada tahun 1988 saat ia masih duduk di bangku SMP. Tumbuh di lingkungan yang kental akan budaya lokal, ia mengenal berbagai tarian tradisional seperti Tari Kobro Siswo dan Dayakan. Ketertarikan itu tidak pernah padam hingga kini, bahkan menjadi jembatan pengabdian dirinya sebagai anggota kepolisian kepada masyarakat.
“Tarian adalah cara untuk menyampaikan pesan positif kepada masyarakat, agar mereka lebih peduli pada lingkungan sekitar,” ujar Aipda Matroni, Rabu (30/4/2025).
Komitmennya terhadap pelestarian budaya tidak hanya sebatas minat pribadi. Matroni secara konsisten menggelar pelatihan tari kreasi yang terbuka untuk umum. Kegiatan ini rutin digelar setiap Sabtu pagi di lantai 1 Pasar Rejowinangun, Kota Magelang. Latihan tersebut bukan hanya sebagai ruang ekspresi seni, namun juga menjadi sarana interaksi sosial antara polisi dan warga.
Melalui seni tari, Matroni menjalin kedekatan emosional dengan masyarakat. Ia percaya bahwa harmoni sosial dan ketertiban lingkungan bisa dibangun lewat sentuhan budaya. Hal ini terlihat nyata dalam pertunjukan massal Tari Gugur Gunung dan Sluku-Sluku Bathok yang ia pimpin pada tahun 2022 di Alun-alun Kota Magelang. Pertunjukan tersebut diikuti ribuan peserta dan tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pertunjukan tari kreasi massal dengan peserta terbanyak.
“Lewat gerakan tari, kami ingin menyampaikan nilai gotong royong, persatuan, serta pentingnya menjaga keamanan lingkungan,” jelas Matroni.
Dedikasinya berlanjut hingga peringatan Hari Bhayangkara tahun 2023, di mana ia kembali memimpin pertunjukan serupa. Dalam setiap gelaran, Matroni senantiasa mengajak masyarakat untuk terlibat langsung. Ia ingin mengangkat tari sebagai sarana komunikasi dua arah, menyampaikan pesan-pesan penting tentang harkamtibmas secara menyenangkan dan membumi.
Meski tak memiliki sanggar tari resmi, Matroni kerap diminta untuk melatih para pelajar di Kota Magelang, terutama menjelang perlombaan atau perayaan Hari Kemerdekaan. Bagi Matroni, seni tari adalah media edukatif untuk menanamkan karakter bangsa dan rasa cinta tanah air kepada generasi muda.
“Budaya adalah bagian dari kehidupan kita. Jika kita dapat menggunakan seni sebagai sarana komunikasi, maka pesan yang ingin kita sampaikan akan lebih mudah diterima,” katanya.
Matroni meyakini, pendekatan kebudayaan seperti ini mampu mempererat hubungan antarwarga serta menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan. Bagi dia, keamanan dan ketertiban bukan hanya tugas polisi, tetapi merupakan tanggung jawab bersama yang dimulai dari kesadaran individu.
“Dengan tarian yang melibatkan warga dapat mempererat hubungan antarwarga dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Keamanan dan ketertiban akan terjaga jika ada kesadaran dari dalam diri masyarakat itu sendiri,” pungkasnya.
Sosok Aipda Matroni menjadi bukti bahwa inovasi dalam menjaga harkamtibmas bisa lahir dari kecintaan pada budaya lokal. Di balik seragamnya, ia menari, menyapa, dan menginspirasi—menghadirkan keamanan yang bersahabat dan menyatu dalam denyut budaya masyarakat. (*)
- Penulis: Redaksi SG
Saat ini belum ada komentar