Penanganan Stunting di Jatim, Bappeda: Fokus Juga ke Stop Stunting Baru

 

Laporan: Iswahyudi Artya

JEMBER | SUARAGLOBAL.COM –  Penurunan prevalensi stunting terus menjadi perhatian utama Pemprov Jawa Timur. Bahkan Bappeda Provinsi Jawa Timur mulai mengajak berfokus pada pencegahan stunting baru dengan perubahan pola pikir dan kesadaran pencegahannya, (2/8/24).

 

Perencana Ahli Muda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur, Erinda Dwi Aryanti di sela Sosialisasi Pemantauan dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota di Wilayah Kerja Bakorwil V Jember di Aula Moch Sroedji, Kamis (1/8/2024), mengatakan, semua pihak diajak untuk tidak lagi hanya berfokus pada penanganan stunting. Lebih dari itu, perlu adanya peningkatan kesadaran untuk menghentikan stunting atau mencegah munculnya anak stunting baru. 

Baca Juga:  BPBD Kabupaten Klaten Bersama Kasek Dan Guru di Daerah Rawan Erupsi Gunung Merapi Adakan Rakor Susun SOP Evakuasi Dan Komunikasi

 

“Kita, kalau bisa, jangan fokus pada penanganan stuntingnya saja. Tapi kita men-stop atau mencegah stunting baru. Jadi balita-balita yang kurus atau balita-balita yang sebenarnya berat badannya tidak naik, itu pun juga masuk ke resiko menuju stunting,” ujarnya.

Baca Juga:  PSEL Benowo Jadi Role Model Nasional: AHY Dorong Kota Besar Terapkan Teknologi 'Waste to Energy

 

Berbagai program yang merupakan intervensi spesifik atau langsung dan intervensi sensitif atau tidak langsung harus diiringi dengan pemahaman yang baik dari masyarakat atas kondisi stunting dan penyebabnya. 

 

“Di wilayah Bakorwil V Jember ini memang permasalahannya (terkait stunting) hampir serupa. Yaitu terkait asupan gizi, perkawinan anak, dan pemahaman masyarakat terhadap stunting itu sendiri. Nah itu yang mungkin perlu didorong sehingga masyarakat ini mulai sadar tentang stunting,” terangnya.

Baca Juga:  Gendu Rasa Tutup Festival Dana Desa 2018 Kabupaten Semarang

 

Menurutnya, masyarakat dan seluruh pihak perlu bersinergi, berangkulan dan bergandeng tangan dalam penanganan stunting ini. Sebab, butuh waktu yang panjang untuk menekan angka prevalensi stunting jika hanya mengandalkan program pemerintah seperti misalnya Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan sejenisnya. “Tapi kita bisa berintegrasi, berkolaborasi, untuk memberikan ketahanan penghasilan atau seperti apa sehingga mereka mampu untuk membeli makanan bergizi sendiri,” kata Erinda. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!