Sembelit Bukan Sekadar Masalah Sepele: RSUD dr. Iskak Ingatkan Bahaya Hirschsprung pada Anak

Laporan: Ninis Indrawati

TULUNGAGUNG | SUARAGLOBAL.COM — Sembelit yang terjadi pada bayi dan anak-anak kerap kali dianggap sebagai gangguan ringan yang akan membaik seiring waktu. Namun, para ahli kesehatan memperingatkan bahwa kondisi tersebut bisa menjadi gejala awal dari penyakit bawaan serius yang disebut Hirschsprung Disease atau aganglionosis kongenital. Jika tidak dikenali dan ditangani sejak dini, penyakit ini berpotensi menimbulkan komplikasi berat yang mengganggu tumbuh kembang anak hingga dewasa, (10/06/25).

Mengenal Hirschsprung: Gangguan Saraf pada Usus

Hirschsprung adalah kelainan kongenital pada usus besar yang terjadi karena tidak adanya sel saraf (ganglion) pada segmen tertentu dari usus. Sel saraf ini seharusnya bertugas mengatur kontraksi otot usus agar feses bisa terdorong keluar secara normal. Tanpa sel tersebut, pergerakan usus terhambat, menyebabkan penyumbatan dan sembelit kronis.

“Ini bukan hanya masalah pencernaan biasa. Hirschsprung merupakan gangguan perkembangan sistem saraf di usus yang sudah terjadi sejak bayi masih dalam kandungan,” jelas dr. Arief Setiawan, Sp.A, dari RSUD dr. Iskak Tulungagung.

Baca Juga:  Jateng Siapkan Jurus Hadapi Tarif Impor AS 32 Persen: Ekspansi Pasar hingga Industri Hijau Sasar Benua Eropa

Penyebab utama kelainan ini berkaitan dengan mutasi genetik, terutama pada gen RET, EDNRB, dan SOX10, yang berperan penting dalam pembentukan sistem saraf enterik.

Gejala Awal yang Harus Diwaspadai

Deteksi dini sangat bergantung pada kewaspadaan orang tua terhadap gejala awal. Pada bayi baru lahir, tanda-tanda yang paling umum antara lain:

Tidak buang air besar dalam 48 jam pertama

Perut membesar atau tampak kembung

Muntah berwarna hijau

Bayi tampak rewel dan sulit menyusu

Sementara pada anak-anak yang lebih besar, gejala bisa berupa:

Sembelit kronis yang tidak membaik dengan pengobatan biasa

Perut kembung dan keras

Gangguan pertumbuhan

Munculnya infeksi usus (enterokolitis)

Sayangnya, banyak kasus baru terdiagnosis setelah muncul komplikasi seperti infeksi berat, perforasi usus, atau gagal tumbuh. Padahal, tindakan medis yang tepat di fase awal dapat mencegah dampak jangka panjang.

Baca Juga:  Tanam Masa Depan dari Bangku Sekolah: Sinergi Polda Jatim dan Unesa Kukuhkan Ketahanan Pangan di Lamongan

Langkah Diagnosis dan Pengobatan

Menurut dr. Arief, proses diagnosis penyakit Hirschsprung mencakup pemeriksaan menyeluruh mulai dari:

Foto rontgen perut, untuk melihat adanya tanda-tanda penyumbatan

Manometri anorektal, untuk mengukur respons otot pada rektum

Biopsi jaringan usus, yang menjadi standar emas untuk memastikan absennya sel saraf

“Jika terbukti ada segmen usus tanpa sel saraf, maka operasi pengangkatan bagian tersebut adalah pilihan utama. Prosedurnya dikenal sebagai pull-through surgery,” tambahnya.

Peran RSUD dr. Iskak dan Edukasi Orang Tua

RSUD dr. Iskak Tulungagung melalui Poli Penyakit Dalam dan Bedah Anak aktif memberikan edukasi kepada masyarakat terkait deteksi dini Hirschsprung. Rumah sakit ini juga menyediakan layanan diagnosis dan tindakan komprehensif bagi pasien yang terindikasi mengalami gangguan tersebut.

Baca Juga:  Demi Keselamatan, Polsek Semampir Larang Sepeda Listrik di Jalan Raya dalam Operasi Zebra Semeru 2024

Setelah menjalani operasi, pasien perlu menjalani pemantauan jangka panjang untuk menghindari komplikasi seperti gangguan kontrol buang air besar, infeksi sekunder, atau masalah nutrisi.

“Kami mengimbau para orang tua untuk tidak menyepelekan sembelit yang berlangsung lama, terlebih jika disertai dengan gejala-gejala lain yang tidak biasa. Pemeriksaan dini bisa menyelamatkan masa depan anak,” tegas dr. Arief.

Kenali Sejak Dini, Cegah Seumur Hidup

Dengan meningkatnya kesadaran orang tua terhadap gejala Hirschsprung, diharapkan angka keterlambatan diagnosis dapat ditekan. Semakin cepat penyakit ini dikenali, semakin besar peluang anak untuk tumbuh sehat tanpa hambatan.

“Deteksi dini adalah kunci. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika anak mengalami gangguan buang air besar yang tidak kunjung membaik,” pungkas dr. Arief. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!