Sidoarjo Menuju STBM 5 Pilar Madya Nasional: Dari Rumah ke TPA, Inovasi Jadi Gaya Hidup
Laporan: Ninis Indrawati
SIDOARJO | SUARAGLOBAL.COM — Setelah sukses menyabet predikat Terbaik I STBM Award 2024 kategori Pratama, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo kini mantap melangkah menuju level berikutnya: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 5 Pilar Tingkat Madya Nasional. Komitmen ini ditunjukkan dengan deretan inovasi nyata yang ditinjau langsung oleh Tim Verifikasi dari Kementerian Kesehatan RI pada Selasa, 25 Juni 2025.
Program STBM sendiri menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan bidang kesehatan lingkungan. Lima pilar yang dimaksud meliputi:
1. Stop buang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman,
4. Pengelolaan sampah rumah tangga, dan
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Lima Lokus, Lima Inovasi Nyata
Verifikasi STBM Madya di Sidoarjo menyasar lima titik unggulan (lokus) yang menjadi cerminan transformasi perilaku hidup bersih dan sehat berbasis komunitas.
SMPN 1 Gedangan menjadi pionir sekolah sehat yang memadukan edukasi kesehatan, makanan bergizi, dan digitalisasi. Kantin bebas 5P (pengawet, pewarna, pemanis, perasa, dan penguat) serta ketersediaan fasilitas CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) memperkuat pembiasaan hidup bersih sejak dini.
Puskesmas Gedangan tampil dengan layanan GEDSI (Gender, Disability, and Social Inclusion) yang ramah bagi kelompok rentan. Pelayanan yang berbasis STBM di puskesmas ini memperluas jangkauan kesehatan masyarakat dengan pendekatan inklusif.
Di RT 40 Perum Magersari, konsep “Rumah STBM” telah dihidupkan. Warga aktif menyedot lumpur tinja secara terjadwal (LLTT), membentuk tabungan sanitasi TAMMARA, dan memanfaatkan pekarangan dengan tanaman TOGA (Tanaman Obat Keluarga).
RT 23 Perum Sekardangan menjadi Kampung Edukasi Sampah, tempat warga mendaur ulang, memproduksi pupuk cair, menggunakan solar cell, mengelola air limbah komunal, hingga membiasakan CTPS di seluruh lapisan usia.
TPA Griyo Mulyo, titik paling strategis, kini bukan sekadar tempat pembuangan sampah, tetapi menjadi pusat inovasi pengelolaan limbah dengan pendekatan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Teknologi ERiC dan sanitary landfill digunakan untuk pengolahan modern. Di tempat ini pula diproduksi eco-lindi dan kompos, menjadikannya TPA pertama di dunia yang mengelola keuangan berbasis BLUD.
Kolaborasi Jadi Kunci Keberhasilan
Bupati Sidoarjo, H. Subandi, SH, menegaskan bahwa STBM adalah gerakan jangka panjang, bukan sekadar proyek jangka pendek.
“Kami ingin masyarakat bukan hanya bersih secara fisik, tapi juga mandiri dan berbudaya sehat. STBM adalah gotong royong, bukan kerja satu pihak,” ujarnya.
Senada dengan itu, Sekda Fenny Apridawati menyampaikan pentingnya pendekatan hexahelix sebagai pondasi.
“Kami melibatkan semua unsur: pemerintah, masyarakat, akademisi, swasta, media, dan komunitas. Kolaborasi inilah yang menjadikan STBM di Sidoarjo tumbuh kuat dan berkelanjutan.”
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo, dr. Lakhsmi Herawati, menambahkan bahwa kunci dari keberhasilan STBM terletak pada perubahan perilaku.
“Ketika hidup bersih sudah menjadi budaya, maka kita telah berhasil. STBM tidak boleh berhenti di proyek. Ia harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.”
Menjadi Kabupaten Sehat dan Tangguh
Penerapan STBM 5 Pilar secara menyeluruh membawa Sidoarjo pada babak baru: kabupaten yang tidak hanya bersih dan sehat, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan kesehatan lingkungan ke depan. Inovasi, edukasi, dan partisipasi masyarakat menjadi benang merah dalam setiap langkah perubahan.
Dengan semangat kolaboratif dan kepemimpinan yang konsisten, Sidoarjo menapaki jalan menuju predikat STBM Madya Nasional dengan kepala tegak. Lebih dari sekadar gelar, pencapaian ini adalah simbol transformasi budaya, sosial, dan lingkungan masyarakat.
“STBM adalah denyut nadi warga Sidoarjo. Bersih, sehat, mandiri, dan berdaya.” (*)
Tinggalkan Balasan