Ulang Tahun Saloka ke-6 Tampilkan Tari Kolosal 300 Penari: Perayaan Penuh Kearifan Lokal yang Menyentuh Hati
Laporan: Vb Prabawani
KAB SEMARANG | SUARAGLOBAL.COM — Ada nuansa yang berbeda dan menggetarkan hati dalam perayaan ulang tahun ke-6 Saloka Theme Park tahun ini. Tak lagi mengandalkan panggung konser artis ibukota seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini Saloka memilih jalur budaya: menampilkan kekayaan seni lokal lewat pagelaran spektakuler bertema “Prajuritan dan Legenda Baru Klinthing”.
Perayaan yang digelar Sabtu (22/6/25) itu dimulai sejak siang hari dengan penampilan band internal Saloka, Soundloka Band – Cascade, yang membuka suasana dengan irama segar. Suasana lalu disambung dengan atraksi Marching Blek Saloka dan Parade Negeri Saloka, yang menampilkan karakter-karakter unik dari taman hiburan ini, disambut meriah oleh pengunjung dari berbagai daerah.
Namun puncak perayaan yang paling ditunggu terjadi saat senja menjelang malam, ketika sebuah pertunjukan tari kolosal prajuritan digelar megah di area Jejogedan. Sebanyak 300 penari tampil dengan penuh semangat dan kekompakan, menyuguhkan pertunjukan yang bukan hanya memukau secara visual, tetapi juga menggugah kebanggaan akan budaya lokal. Menariknya, saat pertunjukan tengah berlangsung, sekelompok penonton secara spontan menggelar flashmob, menambah semarak suasana dan menciptakan interaksi magis antara panggung dan penonton.
Tari kolosal ini menjadi pembuka bagi pementasan sendratari “Pertemuan Ayah dan Ibu Naga Baru Klinthing”, yang mengangkat kisah mitologi Jawa dan menjadi bagian dari identitas Saloka. Gerak gemulai para penari utama berpadu harmonis dengan energi penari latar dan permainan cahaya laser yang menghiasi langit area pertunjukan, menciptakan suasana megah nan syahdu. Momen ini menjadi klimaks dari perayaan ulang tahun yang dikemas dengan elegan dan penuh makna budaya.
Johanes Harwanto, General Manager Saloka, dalam wawancaranya menyebut bahwa perubahan konsep ini bukan semata-mata untuk berbeda, melainkan sebagai bentuk branding Saloka sebagai taman hiburan yang berakar kuat pada budaya lokal. “Kami ingin Saloka menjadi taman hiburan terbesar di Jawa Tengah, bukan hanya dari ukuran fisik, tapi juga dari kedalaman identitasnya,” tegas Johanes.
Ia juga menambahkan bahwa seluruh penari yang tampil dalam pertunjukan kolosal tersebut berasal dari Sanggar Tari Saloka, sejumlah sanggar seni lokal, serta para juara lomba Tari Prajuritan dari tahun sebelumnya. Melalui sinergi ini, Saloka berupaya menjadi ruang ekspresi dan pengembangan seni budaya yang hidup dan membumi di Kabupaten Semarang.
Ulang tahun ke-6 Saloka tak hanya menjadi perayaan bagi sebuah taman hiburan, melainkan juga selebrasi terhadap identitas budaya lokal yang dikemas modern tanpa kehilangan ruh tradisinya. Sebuah langkah berani yang patut diapresiasi — menyatukan hiburan dan budaya dalam harmoni yang menyentuh nurani. (*)
Tinggalkan Balasan