Wayang Kulit dan Sedekah Bumi: Simfoni Budaya Jawa di Gintungan Bandungan
Laporan: Wahyu Widodo
KAB SEMARANG | SUARAGLOBAL.COM – Dalam suasana penuh khidmat dan kegembiraan, warga Lingkungan Gintungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, menggelar tradisi Sedekah Bumi atau Kadeso pada Senin malam, 08 April 2025. Bertempat di Balai RW setempat, acara tersebut berlangsung semalam suntuk, menampilkan pagelaran wayang kulit yang menghidupkan kembali spirit budaya Jawa di tengah masyarakat.
Acara diawali dengan doa bersama atau selamatan yang diikuti seluruh warga. Dengan khusyuk, mereka memanjatkan doa untuk keselamatan, kesehatan, rezeki, ketenteraman, serta memohon agar terhindar dari segala bentuk marabahaya. Nilai spiritual dan filosofi Jawa begitu terasa dalam doa ini, sebagaimana tersirat dalam ungkapan “kalis lir sambi kolo”, yang berarti terbebas dari segala bentuk kesulitan dan bencana.
Wujud Syukur dan Pelestarian Budaya Leluhur
Acara puncak dimeriahkan dengan pertunjukan seni wayang kulit oleh Ki Dalang Eko Santoso (Egol) dari Yogyakarta. Lakon yang dibawakan malam itu bertajuk “Wahyu Hidayat”, yang mengandung pesan moral dan spiritual tentang pencarian petunjuk ilahi dalam kehidupan manusia. Suasana menjadi semakin hidup dengan kehadiran bintang tamu Eka Uget-uget dan Ki Gareng, yang menambah unsur hiburan tradisional yang tetap mengena di hati penonton lintas usia.
Pagelaran wayang ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga sarat makna pelestarian budaya. Di tengah gempuran modernisasi, masyarakat Gintungan membuktikan komitmennya untuk menjaga warisan leluhur dengan tetap menggelar tradisi ini setiap tahun, tepatnya usai Hari Raya Idul Fitri atau pada bulan Syawal menurut kalender Jawa.
Hadirkan Tokoh Masyarakat dan Nilai Sosial yang Mengakar
Acara ini turut dihadiri berbagai tokoh penting yang menunjukkan dukungan terhadap pelestarian budaya lokal. Hadir dalam kesempatan tersebut:
Handika Husni, Anggota DPRD Kabupaten Semarang Komisi A
Unsur Muspika Kecamatan Bandungan
Tokoh masyarakat dan agama
Serta seluruh warga Gintungan yang hadir dan terlibat aktif
Sarwoto, ketua panitia acara, dalam sambutannya menekankan pentingnya menjaga tradisi sebagai bagian dari identitas dan spiritualitas masyarakat.
“Tujuan acara ini adalah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjaga warisan budaya agar tetap hidup, sekaligus mempererat kebersamaan dan ketentraman warga,” ujarnya.
Lurah Bandungan, Edy Santoso, SE, dalam sambutannya turut mengapresiasi semangat warga dan berharap kegiatan ini terus lestari.
“Kita harapkan kegiatan seperti ini membawa berkah, ketentraman, dan kemakmuran bagi warga. Semoga Gusti Allah paring gemah ripah loh jinawi,” ungkapnya penuh harap.
Tradisi yang Menjaga Jati Diri dan Menyemai Harapan
Sedekah Bumi di Gintungan bukan sekadar ritual seremonial, melainkan simbol refleksi spiritual dan penguatan sosial. Ia menjadi pengingat akan pentingnya hidup selaras dengan alam dan menjaga keharmonisan dengan sesama manusia.
Di sisi lain, tradisi ini juga menjadi wahana edukatif bagi generasi muda. Dengan menyaksikan dan terlibat langsung dalam prosesi adat, para pemuda diharapkan mampu memahami, mencintai, dan melestarikan jati diri budayanya sendiri.
Doa-doa yang dipanjatkan, hiburan yang dinikmati bersama, serta kebersamaan warga yang terjalin erat, menjadi penanda bahwa budaya Jawa bukan hanya warisan, melainkan kekuatan yang terus hidup dan tumbuh di tengah masyarakat. (*)
Tinggalkan Balasan