Waspada! Ujaran Kebencian dan Fitnah Bertebaran di Media Sosial, Korban di Surabaya Lapor Polisi
Laporan: Anil Rahman
SURABAYA | SUARAGLOBAL.COM – Maraknya kasus fitnah dan pencemaran nama baik di media sosial semakin meresahkan. Dengan modus akun anonim dan ancaman terhadap korban, pelaku kerap menyebarkan informasi bohong yang sulit diverifikasi. Salah satu kasus terbaru terjadi di Surabaya, di mana seorang wanita berinisial AY melaporkan dugaan fitnah dan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh seseorang berinisial SA.
Korban AY telah mengeluarkan somasi pertama terhadap akun media sosial Instagram bernama @itz_me, yang diketahui dimiliki oleh Siti Aminatuzzuriyah, seorang warga Bangil, Pasuruan, yang berdomisili di Dusun Mojorejo.
“Siti telah melakukan fitnah dan dugaan pencemaran nama baik dengan cara meneror saya dan menyebarkan berita bohong kepada beberapa teman dekat saya tanpa bukti yang jelas. Bahkan, ketika saya mencoba mengonfirmasi melalui telepon, dia tidak berani mengangkat dan justru terus melakukan teror serta ancaman,” ujar AY.
Saat ini, terduga pelaku dikabarkan melarikan diri ke Malang. Kuasa hukum korban menegaskan bahwa kasus ini akan terus diproses, dan pihaknya siap membawa laporan ke pihak kepolisian jika somasi yang telah diterbitkan tidak diindahkan.
“Semua bukti telah kami kumpulkan, cukup lengkap dan jelas siapa yang berada di balik akun-akun bodong yang melakukan fitnah dan pencemaran nama baik ini. Setelah kami telusuri, memang benar bahwa pemilik akun adalah Siti Aminatuzzuriyah, yang merupakan teman klien kami. Kini, dia telah melarikan diri ke daerah Malang,” tegas kuasa hukum korban.
Secara hukum, pelaku fitnah dan pencemaran nama baik melalui media sosial dapat dijerat dengan Pasal 27 ayat (3) UU ITE, yang mengatur ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda maksimal Rp750 juta. Selain itu, jika pelaku menyebarkan informasi elektronik yang mengandung ancaman kekerasan atau menakut-nakuti, ia juga dapat dijerat dengan Pasal 29 UU ITE Tahun 2024.
Kuasa hukum korban menekankan bahwa motif pelaku masih belum jelas, tetapi dampaknya terhadap korban sangat merugikan.
“Harkat dan martabat klien kami telah tercoreng akibat tindakan pelaku. Kami berharap terduga pelaku bersedia bertemu dengan klien kami dan meminta maaf secara terbuka. Jika tidak ada itikad baik, kami akan segera melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian,” pungkasnya.
Kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Fitnah dan ujaran kebencian bukan hanya dapat merusak reputasi seseorang, tetapi juga memiliki konsekuensi hukum yang berat. (*)
Tinggalkan Balasan