Panasnya Gejolak Pilkades Tegaron, Diduga Ada Ancaman ‘Dienthekki’ Kepada Seorang Perangkat Desa

Aksi damai warga Desa Tegaron di teras Perpustakaan Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Selasa (27/11/2018). (Foto: Dok. Istimewa)

Ungaran, Beritaglobal.net – Menjelang perhelatan pemilihan kepala desa di wilayah Kabupaten Semarang, mendekati hari pelaksanaan, yang dijadwalkan terselenggara serentak di lebih kirang 140 desa, pada 09 Desember 2018 mendatang.

Suhu politik tingkat desa yang mulai terasa meningkat, dapat dirasakan bila kita berkesempatan berkunjung ke desa yang sedang menyongsong pemilihan kepala desa (Pilkades).

Seperti halnya terjadi di Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, dari dampak meningkatnya suhu politik di desa tersebut, muncul isu dugaan ancaman kepada Asroni Hadi (58), seorang Modin (Pemimpin Agama Dusun-Red) Dusun Krajan, dari Kepala Desa Tegaron Syamsudin (51), pada Kamis (22/11/2018) lalu.

Asroni selaku Modin Dusun Krajan 1

Dikisahkan oleh Asroni Hadi saat dikonfirmasi langsung beritaglobal.net, di kediamannya di Dusun Krajan 1 RT 04 RW 02 Desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, bahwa peristiwa pengancaman akan di ‘entekki’ (dihabisi dalam bahasa jawa-red), pada saat dirinya pulang dari sawah pada Kamis (22/11/2018) lalu, sehabis waktu Duhur. Pada saat Asroni pulang dari sawah melalui jalan Dusun Krajan tepat di depan rumah Syamsudin di Dusun Krajan 1 yang mana masih satu dusun dengannya. Aaroni yang mengendarai sepeda motor dihadang menggunakan mobil yang dikendarai oleh Syamsudin.

“Jadi saya pulang dari sawah, lewat di jalan dusun tepat di depan rumah Pak Syamsudin, saat berpapasan dengan mobil yang dikemudikannya, jalan saya ditutup, saya mundur sedikit, mobil dimajukan, saya klakson – klakson sambil tertawa, karena saya pikir beliau bercanda, tapi saat saya mau ambil sisi jalan yang di sisi kiri mobil, justru mobil beliau dimundurkan dan menghadang jalan saya. Saat turun dari mobil, Pak Syamsudin sambil bilang ke saya, awas kowe bar pilihan tak entekki (awas kamu, sehabis pilihan saya habisi),” terang Asroni.

Baca Juga:  Seminar E-Government Bidang Administrasi, Prodi Administrasi Pertahanan Akmil Magelang Hadirkan Narasumber Dari Universitas Ternama

Ketika ditanyakan adakah permasalahan sebelumnya, Asroni menyatakan bahwa tidak ada masalah antara dirinya dengan Syamsudin, namun demikian Asroni enggan menanyakan maksud dari ucapan Syamsudin tersebut.

“Saya dan Pak Syamsudin ya ndak ada masalah, tapi saya ya ndak mau tanya makaudnya apa? Karena suhu politik di desa kan sedang panas, saya coba bersabar saja,” imbuh Asroni.

Sementara itu, ditempat terpisah, saat beritaglobal.net melihat proses pemilihan nomor urut calon kepala desa untuk pilkades, tampak puluhan warga mengenakan topeng berwajah Asroni dan membawa berbagai tulisan diantaranya berbunyi ‘Aku Rawedi’, ‘Save Pak Modin’, ‘Peace Bro!!’, ‘Save Pak Asroni’.

Salah satu peserta aksi menyatakan bahwa aksi ini adalah dalam rangka masyarakat menuntut hak untuk bebas berpendapat. Aksi tersebut disampaikan oleh Ahmad Hudatul Imam (22), bahwa harapannya pemerintah daerah melihat kondisi yang ada di desanya dimana saat mereka mengadu ke Camat Banyubiru, justru disarankan oleh Camat Banyubiru agar Asroni meminta maaf kepada Syamsudin. 

“Kami menuntut hak kami, untuk bebas berpendapat. Karena pada saat ada intimidasi/ancaman kepada warga khususnya Pak Asroni sebagai Modin, kami mengadu ke Pak Camat, justru Pak Asroni diminta meminta maaf kepada Pak Syamsudin. Menurut kami, hal itu tidak tepat bila mendengar kronologi kejadiannya, dimana saat Pak Asroni melintas di jalan depan rumah Pak Syamsudin justru jalannya dihadang dan di ancam akan dihabisi setelah pilkades,” terang Ahmad Hudatul Imam.

Selebihnya Ahmad menyampaikan, “Harapan kami, aksi ini disaksikan oleh pemerintah Kabupaten Semarang, untuk jaminan keamanan dan keselamatan kepada Pak Asroni, dengan adanya insiden penghadangan disertai ancaman,” tandas Ahmad.

Baca Juga:  Wapres Cek Kesiapan Kawasan Borobudur Jelang Libur Lebaran

Dari adanya polemik yang muncul antara Asroni dan calon Kades Syamsudin, menjelang pilkades di Desa Tegaron, Camat Banyubiru Drs. Muh Nafis Mansur, M.M., menyampaikan, “Begini, jadi struktur organisasi pak modin itukan masih jadi pembinaan pak kepala desa. Pada saat terjadi konflik, harapannya, mbok yo bapak dan anak ini akur. Masa bapak yang minta maaf kepada anak,” ungkapnya.

Muh Nafis Mansur selanjutnya menjelaskan duduk permasalahan dari sudut pandangnya setelah mendengar penjelasan dari calon Kades Syamsudin dan Modin Asroni.

“Itu masih sebatas dugaan saja, barangkali karena beliau seorang Modin, masa sih..bela calon yang lain, la kalau jadi anaknya kan bela bapak, atau minimal diam dan tidak melakukan aktifitas mencolok, secara batiniah bisa bela yang lain, tapi alangkah baiknya diam saja,” imbuhnya.

Saat dikejar awak media terkait pernyataan adanya permasalahan sebelum adanya peristiwa pengancaman, Muh Nafis menyampaikan, “Jadi begini, itu hanya bahasa emosi saja, saya sudah jadi ‘bapaknya’ Pak Samsudin selama dua tahun, jadi saat saya tanyakan bukan berarti dia mau menghabisi beneran. Itu seperti halnya ungkapan emosi sesaat dan seperti ungkapan ‘Juancuk’ di Jawa Timur ataupun ‘Asu’ di Jawa Tengah,” jelas Muh Nafis kepada awak media.

Selanjutnya Muh Nafis Mansur menyampaikan harapannya kepada seluruh warga Kecamatan Banyubiru dan para calon kepala desa, dalam menyikapi kondisi menjelang pilkades, “Yuk, pertama kita pilihan boleh beda tapi paseduluran jalan terus, yang kedua sudah dicanangkan pilkades yang aman damai, sukses dan bermartabat, dan ini yang kita junjung tinggi sehingga harapannya masyarakat adem ayem, tadi tiga kades sepakat, sak durunge seduluran dan sesudahnya tetap seduluran, karena satu calon kades juga merupakan mantan anggota BPD,” tandas Camat Banyubiru Muh Nafis Mansur.

Baca Juga:  Buntut Kasus Penganiayaan Yang Diduga Dilakukan Oleh Oknum Pengacara, Jamal Minta Pihak Polres Salatiga Adil Dalam Penegakan Hukum
Syamsudin calon kades Tegaron dengan nomor urut 1 (kanan) saat menjelaskan isue terkait ancaman yang dilakukaannya kepada Asroni

Berbeda dengan Asroni dan Camat Banyubiru, calon Kades Tegaron dengan nomor urut 1, Syamsudin, saat dikonfirmasi di kediamannya menyampaikan bahwa tidak ada ancaman ataupun intimidasi dari dirinya kepada siapapun. Dia menjelaskan bahwa ada pihak – pihak yang sengaja memperkeruh suasana desanya menjelang pilkades dan berharap bahwa dirinya kalah dalam proses pemilihan kepala desa.

Baca juga: Berasal Dari Desa, Punya Keinginan Untuk Memperjuangkan Kesejahteraan Buruh Dan Kemajuan Desa Dengan Pemberdayaan Masyarakat Partisipatif

“Yang jelas, itu masyarakat bukan masyarakat pendukung kami. Dengan makin dekatnya proses politik ada upaya adu domba di masyarakat. Selain itu ada info ancaman juga kepada Pak Maksum lewat pesan WA, kalau memang ada nomer telpon saya di WA dia, bisa dilaporkan ke pihak berwajib,” ungkap Syamsudin.

Terkait polemik dengan ancaman kepada warga Desa Tegaron, Syamsudin menegaskan tidak ada dirinya mengancam masyarakat.

“Tidak benar, jika saya mengancam warga, kalau memang benar harus ada bukti dan saksi. Bila saya mendekati pelaksanaan pilkades, saya malah bersikap baik kepada siapa saja. Biar semua sungkan, dari 2013, lawan saya arogan semua. Semua tim saya prihatin atas kondisi saya dan iklas dari hati mereka membantu saya, atas kepemimpinan saya dari 2007 yang aman dan tenteram seperti halnya disampaikan Pak Camat tadi. Menjelang pilkades ini, banyak kasak – kusuk yang mencoba menjatuhkan saya,” tegas Syamsudin.

Sebagai catatan, pada saat proses pengambilan nomor urut Syamsudin mendapatkan nomor urut 1, calon kepala desa lainnya Mulyono Handoko dan Sutopo Anggraito, secara berurutan mendapatkan nomor urut 2 dan 3. (Choerul Amar/Agus Subekti)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!