Bertahan Dalam Menjajakan Ketrampilan Tradisi di Era Perkembangan Teknologi Plastik
![]() |
Ibu Sulasmi di depan kios peralatan dapur miliknya di Pasaraya 1 lantai 2 Kota Salatiga |
Salatiga, beritaglobal.net – Ketrampilan anyaman telah menjadi satu dari sekian banyak ketrampilan warisan leluhur yang bisa menjadi bagian peningkatan taraf ekonomi.
Kerajinan anyaman bambu yang dijadikan berbagai alat keperluan dapur, sudah sangat jarang ditemui di rumah – rumah masyarakat di era modern.
Meski sudah jarang dijumpai dalam dapur di era sekarang, peralatan dapur dari anyaman bambu dan kayu masih dapat kita jumpai di pasar – pasar tradisional. Seperti dapat dijumpai di komplek Pasaraya 1 lantai 2 Kota Salatiga, para pedagang kerajinan anyaman bambu dan peralatan dapur tradisional masih banyak yang bertahan dalam menjajakan dagangannya di tengah terpaan perkembangan teknologi daur ulang plastik.
Adalah Sulasmi (51), seorang pedagang peralatan dapur tradisional yang telah menjalankan usaha sejak 21 tahun lalu, meneruskan usaha orang tuanya, ia mencoba tetap eksis menjajakan peralatan dapur tradisional dari anyaman bambu, kayu, tanah dan batu.
![]() |
Peralatan dapur tradisional di kios Ibu Sulasmi, tradisi leluhur yang tak lekang oleh jaman |
Disebutkan oleh Sulasmi, kerajinan bambu seperti tampah/penampan, tambir, tumbu, tenggok, dan besek (bahasa Jawa), dia dapat dari pengrajin di seputar Kecamatan Suruh dan Ampel. Dengan harga bervariasi mulai dari lima ribu rupiah hingga empat puluh ribu rupiah per setnya.
“Seperti tampah, tambir, tenggok, tumbu dan besek, saya disupplai oleh para pengrajin dari daerah Kecamatan Suruh dan Ampel, mas,” ungkapnya dalam logat Jawa yang medok.
Selain dari sekitar Kota Salatiga, pasokan peralatan dapur tradisional juga ada dari luar kota seperti alat dapur dari tanah dan alat penggorengan di pasok oleh pengrajin dari Klaten, alat dapur berbahan batu seperti cobek dipasok dari wilayah Muntilan – Magelang, peralatan dari kayu seperti parut dan telenan dipasok dari Demak dan Semarang.
Disebutkan Sulasmi, akhir – akhir ini penjualan peralatan dapur tradisional mulai beranjak naik, karena dari beberapa pelanggan yang belanja di kiosnya, mereka mengatakan bahwa peralatan dari plastik sering membuat cita rasa masakan berbeda. Hal inilah yang membuat para pengusaha makanan dan minuman serta pelanggan perseorangan kembali menggunakan peralatan dari bambu, kayu, tanah dan batu.
“Akhir – akhir ini penjualan mulai naik mas, karena menurut pelanggan – pelanggan saya mengatakan bahwa peralatan dari plastik sering membuat cita rasa masakan berbeda, khususnya pelanggan pemilik rumah makan di seputar Salatiga. Namun sekarang ibu – ibu rumah tangga juga mulai banyak yang kembali membeli alat dapur tradisional, mas,” tandas Sulasmi.
Sulasmi tidak memungkiri bahwa saat ini pengrajin alat dapur tradisonal khusunya dari bambu sudah mulai susah dicari, karena tidak banyak anak – anak muda sekarang yang mau belajar untuk membuat alat dapur dari anyaman bambu.
“Sekarang memang sudah mulai susah untuk mendapatkan alat dapur dari anyaman bambu, saya denger dari para pengrajin, sudah jarang anak – anak muda sekarang yang mau belajar dan mengembangkan industri anyaman dari bambu,” keluh Sulasmi. (Slamet R/Wahyu W)
Tinggalkan Balasan